Bab 274
"Oke, paham."
Setelah menutup panggilan telepon, Aldi meminta Andrian memberi tahu Merina bahwa Grup Shalom sudah bekerja sama dengan perusahaan lain.
Wajah Merina pucat pasi saat mengetahui hal itu, dia langsung meminta sekretarisnya untuk mencari tahu perusahaan mana yang bekerja sama dengan Grup Shalom.
Segera, dia menerima kabar bahwa mitra Grup Shalom adalah Madelinne!
Merina mencibir, sepertinya Terry sama sekali tidak menganggap serius ancamannya.
Dia langsung menelepon Terry, "Pak Terry, apa kamu sengaja bekerja sama dengan Madelinne untuk membuatku marah?"
Ada keheningan di sisi lain telepon selama beberapa detik sebelum suara dingin Terry terdengar.
"Nona Merina, aku nggak pernah menyetujui permintaan kamu."
Merina tersenyum dan berkata perlahan, "Apa Pak Terry benar-benar nggak mau kakakku mengetahui isi hatimu?! Sudah kubilang, kita bisa bekerja sama."
"Nggak perlu, aku nggak tertarik. Kalau orang ketiga tahu hal ini, Nona Merina akan menanggung konsekuensinya."
Senyum di wajah Merina seketika membeku, dia tak menyangka Terry begitu sulit dihadapi.
"Terry, jangan-jangan kamu merasa aku nggak akan memberi tahu Aldi atau Serina tentang hal ini?"
"Terserah kamu, asalkan kamu nggak takut kehilangan semua yang kamu punya sekarang!"
Tanpa memberikan kesempatan lagi kepada Merina untuk berbicara, Terry menutup panggilan telepon.
Merina membanting ponselnya dengan marah, matanya dipenuhi rasa dingin.
Dia tidak akan pernah melepaskan Serina!
Tentu saja tidak akan!
Hari sudah petang, Serina langsung pergi ke restoran sepulang kerja.
Ketika mereka tiba, Terry sudah menunggu di dalam, Serina segera menghampiri.
"Maaf, agak macet tadi."
Terry tersenyum dan berkata, "Kamu nggak terlambat, aku yang datang lebih awal."
Terry memiliki kepribadian yang baik, Serina tidak merasakan tekanan yang dikeluarkan Aldi saat kontak dengan Terry, dia sesekali menceritakan beberapa lelucon. Serina cukup senang dengan makan malam ini.
Setelah mereka berdua selesai makan, mereka keluar dari restoran. Terry hendak mengantar Serina kembali ketika sebuah Maybach hitam parkir di depan mereka.
Menyadari mobil itu milik Aldi, senyum di wajah Terry sedikit memudar.
Pintu mobil terbuka dan sosok tinggi Aldi melangkah keluar.
Mata Aldi mengamati mereka berdua dengan dingin, lalu dia menatap Serina dengan ekspresi acuh tak acuh.
"Aku datang jemput kamu."
Serina merasa bingung, "Bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini?"
"Sandara yang bilang."
Mendengar itu, mata Serina penuh dengan kecurigaan, Sandara sama sekali tidak menyukai Aldi, apakah dia akan memberitahukan keberadaannya?
"Pak Aldi, tempat tinggal kita nggak sejalan, aku akan pulang sendiri."
"Nggak aman kamu pulang sendirian selarut ini."
Serina, "...."
Setelah ragu-ragu beberapa saat, teringat bahwa Aldi mengatakan ingin berbicara dengannya kemarin, Serina tidak punya pilihan selain mengangguk, "Oke."
Dia menoleh ke arah Terry dan berkata sambil tersenyum, "Pak Terry, kita makan bersama lagi lain kali kalau ada kesempatan."
"Oke."
Setelah Serina masuk ke dalam mobil, Aldi memandang Terry dengan dingin.
"Terry, kenapa kamu nggak bilang dia mengundangmu makan malam?"
Terry mengerutkan kening, "Aldi, Nona Serina mengundangku makan malam karena kerja sama antara Grup Shalom dan Madelinne. Jangan terlalu banyak berpikir."
Mata Aldi menjadi muram dan dia berkata dengan dingin, "Sebaiknya aku memang terlalu banyak berpikir."