Bab 497
Ternyata Wilson dan Riris.
Riris berlari mendekat, tampak kehabisan napas.
Riris melirik ke arah Ricky, lalu berdiri di depanku dan bertanya dengan nada menuduh, "Apa yang terjadi? Kemarin Kak Carson baik-baik saja. Kenapa hari ini dia seperti ini? Apa yang kamu lakukan padanya lagi?"
Aku menunduk dan tidak berkata apa-apa.
Riris tiba-tiba mulai menangis, ekspresinya terlihat ketakutan serta cemas. "Bicaralah, apa yang terjadi dengan Kak Carson? Pagi-pagi sekali dia bilang akan pergi menyelamatkanmu, tapi kenapa kamu baik-baik saja lalu Kak Carson dilarikan ke ruang gawat darurat? Jawab!"
Perlahan aku menatapnya dan berkata dengan sikap yang dingin, "Nggak ada yang mau aku katakan padamu."
"Kamu ...." Riris tiba-tiba tampak seperti akan pingsan karena marah.
Ricky segera menopangnya dan berbisik, "Carson ditikam tiga kali oleh Carman, sekarang dirawat di ruang gawat darurat. Mengenai apa yang terjadi di ruang gawat darurat, kami nggak tahu."
"Di mana Carman? Aku akan segera menyerangnya," kata Wilson dengan marah sambil menggebrak kursi.
Ricky memandangnya dengan tenang lalu, "Carman juga terluka parah, baru saja keluar dari ruang gawat darurat."
Begitu Ricky selesai berbicara, Riris mulai menangis lagi.
Riris berkata padaku, "Mereka semua terluka, kenapa hanya kamu yang baik-baik saja?"
"Nona Meisya, tolong kamu segera menjauh dari Kak Carson!"
"Setiap kali bersamamu, Kak Carson selalu terluka. Selain menyakitinya, apa lagi yang bisa kamu lakukan?"
Selain menyakitinya, apa lagi bisa aku lakukan?
Suaranya yang tajam mencapai telingaku, menusuk hatiku seperti pisau tajam.
Ya, selain menyakitinya, apa lagi yang bisa aku lakukan?
Jika aku tidak mengikuti Carman kali ini dan menjadi sandera Carman, Carson tidak akan terluka parah.
Carson yang punya harga diri yang kuat bahkan rela berlutut di hadapan Carman.
Saat teringat kejadian saat itu, hatiku terasa ditusuk pisau yang tajam.
Ini salahku, ini semua salahku.
Mungkin karena menyadari suasana hatiku yang salah, Ricky berkata kepada Riris dengan keras, "Diam!"
Suara Riris menjadi lebih keras dan segera menangis, "Apa aku salah mengatakannya? Dia memang sumber bencana, tapi kalian semua ingin melindunginya."
"Cepat atau lambat, kalian semua akan dibunuh olehnya!"
"Cukup!" teriak Ricky tiba-tiba.
Riris tercengang oleh teriakannya dan menatapnya dengan air mata berlinang.
Aku menutupi kepalaku yang sakit lalu memandangnya dengan tatapan kosong, merasakan ada sesuatu yang aneh di antara mereka.
Namun, saat ini aku tidak punya tenaga untuk menebak apa pun.
Aku melihat ke pintu ruang gawat darurat dengan kepala yang berdenyut kesakitan.
Wilson tiba-tiba berkata, "Kalian semua diam, tunggu sampai dokter keluar. Carson akan baik-baik saja."
Begitu selesai berbicara, pintu ruang gawat darurat tiba-tiba terbuka.
Wilson serta Riris bergegas mendekat.
Aku berdiri perlahan, tapi aku tidak bisa menahan rasa pusing di kepalaku, seluruh tubuhku bahkan tidak bisa berdiri dengan stabil.
Ricky membantuku berdiri.
Ricky menatapku dengan tenang. Aku melihat dokter yang keluar dari ruang gawat darurat dengan air mata berlinang.
Ketika aku mendengar dokter mengatakan bahwa pasien kehilangan banyak darah, pemandangan di depanku menjadi gelap dan aku hampir pingsan.
Untungnya, persediaan darah rumah sakit mencukupi dan darah bisa ditransfusikan tepat waktu, sehingga Carson selamat dari masa kritis, langkah selanjutnya adalah istirahat yang baik.
Hatiku akhirnya menjadi tenang.
Tubuhku bergoyang goyah, Ricky segera membantuku duduk di kursi.
Segera, aku melihat Carson didorong keluar dari ruang gawat darurat.
Wajahnya sangat pucat, tubuhnya berbaring dengan tenang di ranjang rumah sakit, begitu lemah hingga terlihat sangat memilukan.
Riris buru-buru mendekatinya, meraih tangannya dan terus memanggil namanya.
Mungkin mendengar Riris berteriak, mata Carson sedikit terbuka.
Namun, matanya hanya menatap tubuh Riris, lalu mengarah kepadaku.
Carson menatapku dengan tenang, tatapan matanya tidak berubah.
Aku membuka mulutku dan ingin memanggilnya, tapi tidak bisa.
Carson menatapku lama dengan tenang lalu menutup matanya lagi.