NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 11 Apa yang Terjadi dengan Susan?

Jovan menatap Susan dan bertanya, "Kamu nggak apa-apa?" Susan menggelengkan kepala sambil menjawab, "Nggak apa-apa, mari kita bahas kerja sama dulu." Urusan kerja sama berjalan lebih lancar dari perkiraan Susan. Dia kira akan memakan waktu lama, tapi ternyata Jovan langsung menyerahkan proyek itu padanya. Saat kontrak dikeluarkan, Susan terkejut sejenak. "Secepat ini?" "Ya, aku pikir idemu cukup bagus." Jovan menandatangani kontrak dengan senyum tipis di bibirnya. "Aku sudah menyetujuinya, kamu bisa memikirkannya lagi. Kalau merasa nggak cocok, sobek saja. Kalau setuju bekerja sama, ingat bawa kontraknya saat pertemuan berikutnya." Susan menatap kontrak di tangannya sambil tersenyum lega. "Nggak perlu dipikirkan lagi, aku akan segera menandatanganinya." "Sudah siang nih, mau makan siang bersama?" ajak Jovan. "Ayo." Susan menyetujui dengan senang hati. Dia mengirim kabar ini ke grup perusahaan. Grup yang awalnya sepi, kini menjadi ramai karena pesan itu. Susan tersenyum tipis dan menyimpan ponselnya. Perusahaan Samara Tama benar-benar pulih kembali. Saat hendak berangkat bersama Jovan, Susan menerima telepon dari rumah lama Keluarga Juwanta. [Bu Susan, Bu Riana pingsan.] Susan terkejut. "Bagaimana bisa tiba-tiba pingsan? Aku akan segera pulang." Setelah menutup telepon, Susan menatap Jovan dengan penuh penyesalan. "Hari ini sepertinya nggak bisa, ada urusan dengan ibuku, aku harus pergi dulu." Jovan mengerti. "Kalau begitu kita janjian lagi di lain waktu." Susan mengangguk, mengambil tas dan bergegas pergi. Kata-kata Jovan tertahan di mulutnya, tadinya dia ingin menawarkan untuk mengantar Susan. Namun, tidak diberi kesempatan. Jovan berdiri di depan jendela besar, menatap Susan pergi, lalu memanggil asistennya, Jimmy Gantara. "Cari tahu keadaan dia dua tahun terakhir." Susan naik taksi menuju rumah sakit, pelayan menjelaskan bahwa Riana mengetahui Hardy telah menandatangani perjanjian cerai, lalu menelepon untuk menegurnya, tapi tidak menyangka Hardy malah membantah, sehingga Riana marah sampai pingsan. Dia menatap wajah Riana yang memucat, merasa sedih. Saat melihat Susan, mata Riana langsung berkaca-kaca, lalu melambaikan tangannya. "Susan, sini." Susan berjalan ke sisinya, menggenggam tangan Riana. "Ibu, bagaimana keadaanmu sekarang?" Riana menggeleng, suaranya lemah. "Susan, jangan khawatir, meski sudah cerai, aku nggak akan biarkan wanita itu enak-enakkan! Hardy ini buta hati, beraninya membantahku demi dia!" Susan tersenyum tipis, Hardy selalu menghormati Riana. Bisa sampai membuatnya bertengkar dengan Riana, harus diakui Milana memang hebat. "Ibu, bagaimana kalau tubuhmu malah sakit karena marah?" Susan menasihati. "Biarkan saja mereka." Saat menikah pun dia tidak bisa mengatur Hardy, apalagi sekarang setelah bercerai. Riana berkata dengan marah, "Aku benar-benar nggak bisa terima!" Begitu di selesai bicara, pintu kamar dibuka. Hardy datang. Susan hendak bangkit pergi, tapi Riana menahannya sambil menatap Hardy dengan tajam. "Mau apa ke sini? Aku nggak mau lihat kamu sekarang!" Hardy meletakkan keranjang buah di samping tempat tidur, berkata dengan suara dingin, "Hanya antar barang, terus pergi lagi." Ucapan itu membuat Riana hampir marah besar. "Ambil barangmu dan pergi!" "Untuk apa kamu ke sini?" Hardy melirik Susan, suaranya datar. Namun, Susan masih bisa merasakan rasa tidak senang dalam ucapannya. Mereka sudah bercerai, kehadirannya di sini memang terasa kurang tepat. "Aku akan pergi sekarang." Susan mengambil tasnya dan berbalik. Melihat Susan hendak pergi, Riana mengambil jeruk di meja, melemparkannya dengan marah pada Hardy. "Aku yang minta Susan datang menemani aku, apa urusannya denganmu? Kamu tahu nggak dia sedang ham ... " Susan mengangkat wajah dan memotong perkataan Riana, "Aku ada urusan lain, aku pergi dulu." Dia membuka pintu dan pergi. Dari belakang terlihat agak panik. Hardy menatap Riana. "Ada apa dengan Susan??"

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.