Bab 591
"Aku sudah bilang nggak ada hal baik seperti rezeki nomplok yang jatuh dari langit! Kalian pasti sudah bersekongkol sebelumnya dengan putri Keluarga Haras itu, sengaja membuatnya kalah dalam pertandingan!"
"Kembalikan barang-barangku! Kalau nggak, jangan harap kamu bisa keluar dari tempat ini hari ini! Apa kamu pikir aku ini orang bodoh?"
Melihat seseorang mengambil inisiatif untuk memprotes, para praktisi lainnya mulai ikut-ikutan. Tidak ada seorang pun yang rela menyerahkan sumber daya yang telah mereka peroleh dengan susah payah selama bertahun-tahun begitu saja.
Melihat situasi di tempat itu makin kacau, Paman Wino tiba-tiba mendengus dengan nada dingin, melepaskan aura Alam Pengukuhan Roh tingkat menengah.
Energi dahsyat itu membuat para praktisi yang berdiri terlalu dekat segera mundur, bahkan beberapa yang memiliki kekuatan lebih rendah sampai mengalami cedera ringan, dengan bibir memucat.
Karena takut pada kekuatan Paman Wino, untuk sementara mereka tidak berani mendekat lagi, tetapi mereka juga tidak mau mundur. Bagaimanapun, mereka merasa berat hati melepaskan begitu banyak sumber daya.
Paman Wino berdiri di tempat tinggi bagaikan seorang hakim yang kejam, matanya dingin menyapu orang-orang yang ada di sana. Tatapannya seperti bilah pisau es yang membuat semua orang merasa merinding. Kemudian, dia mengeluarkan suara rendah dan berat, seperti lonceng kuno yang bergema di telinga setiap orang.
"Di meja taruhan, nggak pernah ada istilah menyesal," katanya dengan dingin. "Ini adalah pilihan kalian sendiri. Bahkan kalau aku pasang jebakan, nggak ada alasan yang tepat untuk kembalikan barang-barang itu."
Ucapannya bagaikan palu berat yang menghantam hati setiap orang. Semua tahu apa yang dia katakan memang benar, tetapi menghadapi kerugian besar, mereka tetap sulit menerimanya.
Suara Paman Wino terus bergema di udara, "Saat bertaruh, kalian cuma lihat keuntungan tanpa pertimbangkan konsekuensinya. Karena itu, kalian juga harus siap secara mental."
Nada suaranya penuh dengan dingin dan ketegasan. Akan tetapi, di balik kedinginan itu, ada sedikit rasa penyesalan yang tersembunyi.
Kata-kata Paman Wino membuat semua orang terdiam. Mereka tidak tahu bagaimana harus merespons, hanya berdiri di sana dalam kebisuan. Untuk sementara, aula besar itu hanya dipenuhi dengan suara napas mereka yang berat.
Tentu saja, tidak ada yang peduli tentang hal ini. Dengan tanpa ampun, Paman Wino mengumpulkan semua barang itu di depan mereka, memasukkannya ke dalam kantongnya satu per satu, tanpa memedulikan tatapan mata merah darah yang penuh kemarahan dan keputusasaan. Tatapan demi tatapan itu seolah-olah melayangkan protes tanpa suara kepadanya.
Sementara itu, Jardon yang tersembunyi di tengah kerumunan, tidak bisa menahan senyum kecil di sudut bibirnya. Kali ini, dia benar-benar mendapat keuntungan besar, kegembiraannya sulit dilukiskan dengan kata-kata.
Di atas panggung, Jerry yang memperhatikan situasi di pihak Paman Wino akhirnya merasa lega. Sebelumnya, dia khawatir Jardon tidak mampu mengendalikan situasi, tetapi sekarang jelas bahwa dia sudah memiliki persiapan matang.
Sambil mengalihkan pandangannya, Jerry menyarungkan pedang kecilnya, lalu berpura-pura lelah sambil berjalan ke arah bawah panggung dengan langkah gontai. Walton segera maju untuk memapahnya.
Tentu saja, sebelum pergi, dia tidak lupa mengambil jimat level 5 di atas piring bundar itu. Itu adalah hadiah kemenangannya, tidak ada alasan untuk meninggalkannya.
Orang-orang melihat punggung Jerry yang makin menjauh dengan ekspresi rumit. Mereka harus mengakui bahwa pemuda yang berasal dari dunia fana ini telah memberi mereka kejutan besar.
Di antara mereka, yang paling merasa terkesan adalah Arno. Di saat bertanding dengan Jerry, dia mengira kekuatan lawannya biasa saja. Kalaupun dia bertarung mati-matian, Jerry mungkin bukan tandingannya.
Namun, pandangan Arno terhadap Jerry sepenuhnya telah berubah.