Bab 85
Begitu dia menoleh ke luar jendela, Narendra kembali berkata, "Aku lihat sendiri, waktu itu kamu buka celana Paman Buyut ... uh!"
Jenny langsung menerjang dan menutup mulutnya.
Dari sudut mata, dia melihat sopir di kaca spion membelalakkan mata penuh rasa ingin tahu.
Narendra tertegun.
Tangan Jenny menekan erat di bibirnya, tetapi dia justru merasa tangan itu lembut, harum, meski agak dingin, tetapi panasnya membuat jantungnya berdebar.
Jenny melotot padanya. "Cari mati ya! Waktu itu aku sedang mengobati Pak Bernard! Jangan asal bicara!"
Setelah melepaskan tangan, Narendra tiba-tiba merasa kesal. "Mengobatinya kok kayak gitu? Kenapa aku nggak pernah lihat Theo buka celana Paman Buyut buat mengobati penyakit?"
Selama ini, dia belum sempat menanyakan soal itu.
Setiap kali teringat adegan itu, hatinya terasa tidak nyaman.
Paman Buyut begitu suci dan mulia, ibarat bunga salju di puncak gunung, tidak boleh disentuh sembarang orang!
Kalau bukan karena dia, Jenny, sebagai orang luar, mana mun

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda