NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Reset KehidupanReset Kehidupan
Oleh: NovelRead

Bab 5

Kepala Bidang Akademik berdiri, kemudian berteriak dengan penuh amarah, "Jenny, berhenti!" Dalam sekejap, suasana seluruh kantor menjadi sunyi. Semua orang menoleh ke arah gadis yang berada di depan pintu. Seorang remaja bernama Narendra Lukman, yang walinya dipanggil ke sekolah pun ikut terdiam, kemudian berbisik pada pria yang berada di sampingnya, "Paman Buyut, gadis itu dikeluarkan dari sekolah karena telah mencuri. Kesalahannya jauh lebih berat daripada kesalahan yang kubuat, kesalahanku kecil ... " Jenny langsung menoleh. Pandangannya tertuju ke arah pria yang dipanggil, "Paman Buyut" itu dan tertegun sejenak. Bernard mengenakan setelan jas hitam yang dijahit dengan sangat rapi. Sinar matahari menembus masuk melalui jendela, menyoroti wajah sampingnya yang sempurna dan sepasang matanya yang hitam dan dalam. Ketika mereka saling bertatapan, Bernard tampak terkejut. Namun, tidak lama kemudian, ekspresi Bernard kembali dingin. Pandangan matanya tidak lepas dari Jenny. Ketika melihat ekspresi Bernard, Narendra yang berdiri di sampingnya terperanjat. Narendra tidak menyangka bahwa Paman Buyut, yang dikenal berhati dingin, ternyata bisa menatap seorang gadis selama itu. "Siapa nama gadis itu?" tanya Bernard dengan suara pelan dan memikat. Narendra terkejut. Dalam sekejap ini, dia merasakan tekanan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. "Je ... Jenny Linarto." Saking terkejutnya, Narendra sampai tergagap. Pada saat bersamaan, terdengar suara familier, yang membuat Jenny mengalihkan pandangannya. "Jenny, aku tahu kamu kesal karena dikeluarkan dari sekolah, tapi jangan luapkan emosimu kepada Guru." Syane tiba-tiba muncul di kantor sambil memegang setumpuk buku latihan di pelukannya. Setelah mengatakan itu, Syane berbalik ke arah Kepala Bidang Akademik. Kemudian, Syane mencoba menenangkan dengan suara lembut. "Pak, jangan marah. Jenny nggak sengaja melakukannya." Ketika memandang ke arah Syane, Kepala Bidang Akademik langsung tersenyum. Kemudian, Kepala Bidang Akademik memandang Jenny lagi dengan tatapan jengkel. "Jadilah siswa yang baik! Lihatlah Syane, dia berperilaku baik, menghormati Guru dan tahu sopan santun! Sebaliknya, kamu nggak bisa apa-apa, selain suak mencuri, kamu juga nggak sopan terhadap guru!" Kepala Bidang Akademik menekankan, "Kamu seharusnya banyak belajar dari Syane!" Jenny berkata dengan tersenyum sinis, "Aku nggak bisa menirunya karena kemampuan aktingku jelek." "Kamu!" Kepala Bidang Akademik terlihat putus asa. Syane berkata dengan wajah sedih dan kecewa, "Jenny, aku hanya ingin membantumu. Aku nggak menyangka kamu akan salah paham." Saat ini, banyak yang berkerumun di luar ruangan kantor. Beberapa di antaranya adalah penggemar Syane, mereka pun maju membelanya. "Jenny, kamu sudah keterlaluan. Kenapa kamu menuduh Syane?" "Meskipun kamu sudah mencuri kalung 'Air Mata Malaikat' milik Syane, Syane nggak pernah menyalahkanmu. Sebaliknya, dia terus membelamu. Seperti ini caramu membalas budi kepada Syane?" "Dasar nggak tahu berterima kasih. Orang sepertimu nggak layak satu sekolah dengan kami!" Bahkan, wali kelas dan guru pengganti yang biasanya bersikap lembut kepada Jenny juga menyalahkan Jenny. "Yang menakutkan adalah orang yang nggak mau mengakui kesalahannya. Kalau orang seperti itu terjun ke masyarakat, dia bisa membuat masalah kecil menjadi masalah besar, yang dapat mencelakai diri sendiri maupun orang lain." "Kami nggak bisa menoleransi sikapnya." "Memang susah mengajari siswa yang nggak punya etika seperti dia." Ruangan kantor terasa seperti di pengadilan, semua orang menyerang Jenny. Pada saat bersamaan, Yovan membuka pintu, kemudian masuk ke ruangan dengan cepat. Tanpa memedulikan Jenny yang dihujani kritik, Yovan bertanya dengan serius. "Jenny, katanya kamu cari masalah lagi dengan Syane, sampai kapan kamu berhenti mengganggunya? Sekolah yang memutuskan untuk mengeluarkanmu, bukan Syane. Kamu setiap hari cuma ganggu dia terus, memangnya nggak capek?" Semua orang menatap Jenny, seolah-olah Jenny adalah seorang penjahat. Namun, Jenny tetap terlihat dingin, dengan sepasang mata jernih yang tidak memperlihatkan sedikit pun gelombang emosi. Awalnya, Yovan mengira Jenny akan ketakutan, lalu mengakui kesalahan dan meminta maaf ketika menghadapi tuduhan dan pertanyaan seperti itu. Selain itu, Yovan sudah menyiapkan rencana. Dia tidak akan semudah itu memaafkan Jenny. Jenny sering mengganggu Syane, jadi dia harus memberi pelajaran kepada Jenny. Namun, sekarang sikap cuek Jenny membuat Yovan bingung. Setelah memandang sekilas ke arah orang-orang yang mencelanya, Jenny bertanya dengan tertawa sinis, "Sekolah mengeluarkanku hanya karena aku mencuri kalung 'Air Mata Malaikat' milik Syane?" Jenny melirik ke arah Yovan. Tatapan itu membuat Yovan refleks mengalihkan pandangannya, perasaan bersalah tiba-tiba muncul di dalam hatinya. Di luar pintu, terdengar jawaban pedas dari teman sekelasnya, "Apa lagi kalau bukan karena mencuri? Siswa sepertimu nggak layak sekolah di sini!" Jenny berpikir sejenak, kemudian mengangguk dan menatap Syane dan Yovan sambil bertanya, "Apa kalian yang menyebarkan rumor bahwa aku adalah pencuri kalung Syane?" Syane menggelengkan kepala. Dengan wajah tidak merasa bersalah, Yovan menjawab, "Jangan salah paham, aku nggak melakukannya." "Kalau begitu, beri tahu mereka, apa benar aku yang mencuri kalung 'Air Mata Malaikat' milikmu?" tanya Jenny lagi, tatapannya yang tajam terus mendesak Syane untuk menjawab. Syane terkejut, kemudian berpikir, "Kok si kampungan ini jadi secerdas ini?" Dulu Jenny hanya membela dirinya sendiri, tidak pernah berani menanyakan langsung pada Syane. Kemudian, Syane akan muncul pada waktu yang tepat, seolah-olah membelanya, padahal sebenarnya mengandung tuduhan kepada Jenny. Namun, sekarang Jenny berani menyerang dan menyudutkannya langsung. "Tentu bukan," jawab Syane dengan nada terdengar tulus, padahal dia memaki Jenny dalam hati. Jenny mengangkat alis. Sepasang matanya yang dingin dan jernih itu melirik semua orang yang ada di ruangan. "Karena dia bilang aku bukan pencuri, bukankah artinya kalian memfitnahku?" "Aturan sekolah nomor delapan jelas tertulis bahwa penyebar rumor dan fitnah akan dikenakan sanksi, berupa pengurangan 15 poin." "Kalau seorang guru menyebarkan rumor dan mencemarkan nama baik siswa di sekolah, seharusnya mereka tak layak menerima penghargaan, 'kan?" Setelah berkata demikian, suasana di dalam maupun di luar kantor menjadi sunyi senyap. Siswa yang tadinya marah-marah membela Syane dan menuduh Jenny, sekarang mulai cuci tangan. "Aku ... aku mendengarnya dari orang lain." "Aku juga mendengarnya dari orang lain!" "Kalau bukan kamu pencurinya, ya sudah, nggak perlu mengancam seperti itu." Bahkan, ada beberapa guru juga terlihat canggung dan gelisah. Para guru berpura-pura sibuk merapikan berkas di atas meja, ada juga yang menunduk melihat ponsel, takut dilirik oleh Jenny. Jenny memperhatikan respons mereka. Jelas-jelas dengan membela diri, masalah ini beres. Namun, di kehidupan sebelumnya, kenapa Jenny mau mengikuti permainan Syane? Mungkin karena Jenny terlalu peduli dengan pandangan Keluarga Linarto terhadap dirinya. Dulu Jenny tidak berani menyinggung Keluarga Linarto, termasuk Syane, putri kesayangan Keluarga Linarto. Setelah Jenny tidak memedulikan pandangan Keluarga Linarto, hatinya menjadi lebih lega. Selain itu, Jenny mulai melihat banyak hal dengan jelas. Jenny berkata sambil tersenyum, "Aneh sekali. Faktanya, aku bukan pencuri kalung 'Air Mata Malaikat' milik Syane. Lalu, dari mana rumor itu berasal?" Jenny melirik Syane dengan tatapan tajam. Syane terkejut sampai wajahnya memucat. Namun, dia berusaha untuk tersenyum. "Jangan salah paham dulu, bukan aku yang menyebarkan rumor." Yovan segera berdiri di depan Syane seperti seorang pahlawan sambil mengernyit. Meskipun tatapan Yovan terlihat ragu dan bingung, Yovan tetap membela Syane. "Apa maksudmu? Kamu menuduh Syane yang menyebarkan rumor? Dia sudah bilang bukan dia yang menyebarkan, kamu masih belum puas juga?" "Di sekolah ini, hanya kita bertiga yang mengetahui tentang kasus hilangnya kalung," ucap Jenny dengan tersenyum sinis. "Kalau bukan Syane yang menyebarkan rumor, berarti kamu, ya?"

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.