Bab 358 Dickson Watt dari Suez Barat
Meskipun Tyr Summers tidak ingin menemani Connie Yorke ke kencan butanya, dia tidak bisa menolak karena Winifred Zea telah memintanya.
“Kalau begitu, aku akan datang kesana setelah selesai. Apakah kau membutuhkan beberapa pengawal?"
"Kau pikir ini pertunjukan drama?" Winifred memutar bola matanya. "Negara kita adalah negara teraman di seluruh dunia, lagipula mana ada orang yang akan merampok seseorang di siang hari bolong."
"Kau benar."
Tyr baru saja kembali dari Thailand; dia tidak boleh lengah. Setiap langkah yang dia ambil, dia merasa seolah-olah ada yang menguntitnya.
Namun, apa yang dikatakan Winifred benar, ini adalah tempat teraman di dunia. Apa yang bisa terjadi?
Winifred rencananya akan mengunjungi perusahaan secara acak, tanpa memberitahukan identitasnya, untuk melihat bagaimana perkembangan cabang. Jika dia membawa pengawal maka dia mungkin akan ketahuan.
"Kalau begitu, berhati-hatilah menyetir kendaraan."
Tyr turun dari mobil, memandang Connie, dan berkata tak berdaya, “Kau menang. Ayo kita pergi."
"Sampai ketemu lagi, Kak Winifred."
Connie tersenyum cerah dan melambai pada Winifred. Dia kemudian menyalakan Maseratinya bersama Tyr.
Connie memberikan kacamata hitam kepada Tyr saat dia masuk ke mobil.
"Untuk apa?" kata Tyr dengan tercengang.
“Pakai kacamata hitam akan membuatmu terlihat lebih keren, Kak. Mari gunakan aura kita untuk menghancurkan petani itu. Nanti kau juga harus menakuti petani itu. Jika dia tidak mendengarkanmu, pukul saja dia. Tujuannya adalah membuat petani itu menyerah pada rencana pernikahan ini,” kata Connie sambil menginjak pedal gas. Maserati melesat seperti roket.
Tyr duduk di kursi penumpang, memainkan kacamata hitamnya dengan bingung.
Bukankah Connie mengatakan bahwa dia khawatir pria itu akan menyusahkannya? Mengapa rasanya dialah yang akan menyebabkan masalah pada pria itu?
Maserati berhenti di sebuah kedai kopi ternama di Prime City.
Sosok Dickson belum terlihat. Lalu, Tyr dan Connie masing-masing memutuskan memesan secangkir kopi dan duduk menunggu.
Connie memainkan cangkir kopi di tangannya sambil terus menatap Tyr.
“Kenapa kau menatapku?” Tyr mengerutkan kening.
Connie bergumam, “Kak Tyr, bayangkan jika kita berkencan di sini. Apakah kau benar-benar tidak punya niat untuk menikahiku?"
Ekspresi Tyr langsung gelap. "Connie Yorke, aku tidak suka dengan leluconmu."
“Aku tidak sedang membuat lelucon. Aku serius."
"Ok, kalau begitu aku pergi dari sini."
Tyr meletakkan cangkir kopinya di atas meja dan bangkit, bersiap untuk pergi.
Connie panik, dengan cepat dia berdiri dan menariknya kembali. “Kau tidak menyenangkan sama sekali. Seorang wanita cantik ada di depanmu, namun kamu bahkan tidak mengedipkan mata. Tidak apa-apa, aku hanya bercanda denganmu."
"Seperti yang aku bilang, aku tidak suka dengan leluconmu."
Tyr kemudian duduk kembali, mereka berdua terus menunggu pria dari Suez Barat.
Awalnya, Connie menyuruhnya bertemu sekitar pukul sembilan. Namun, keduanya menunggu sampai hampir jam sepuluh namun dia tetap tidak muncul.
Connie menelepon Dickson beberapa kali, tetapi teleponnya dimatikan.
"Bodoh, jangan bilang dia mencampakkanku."
Connie marah besar. Selalu dia yang mencampakkan orang lain. Siapa yang berani mencampakkannya?
"Aku sangat marah. Aku benar-benar sangat marah.”
Connie terus bergumam saat Tyr terus memainkan Sokoban di ponselnya.
Setelah setengah jam telah berlalu, Tyr telah berhasil menyelesaikan Sokobannya.
Dia memasukkan ponselnya kembali ke sakunya dan berkata, “Aku pikir dia tidak akan datang. Kau harus pulang dan bersiap untuk kunjungannya malam ini.”
"Jika dia berani mengunjungiku malam ini, aku akan mengebirinya."
Connie berdiri dengan marah saat dia akan memanggil pelayan untuk meminta tagihan
Pada saat itulah, seorang pria muda yang mengenakan pakaian biasa serta membawa tas kain hitam berjalan ke kedai kopi.
Untuk mendeskripsikan pemuda ini secara ringkas, pakaian yang dia kenakan bahkan tidak sampai seharga tiga ratus dolar. Sementara gayanya tampak agak kuno, dia membawa semacam aura khusus.
Kulitnya sedikit lebih gelap, tetapi tubuhnya sangat bugar. Meskipun dia tidak begitu tampan, dia memberikan aura yang kuat.
Terutama sepasang mata miliknya itu, seolah-olah bersinar.
'Sosok yang kuat dan berkualitas.'
Saat Tyr melihat sosok pria itu, terlintas sebuah pikiran yang kuat di dalam benaknya.
Perasaan itu sama seperti pertama kalinya Tyr melatih tim Nemesis. ketika dia pertama kali melihat Sigillum, Dhrishit, dan yang lainnya dia juga merasakan hal yang sama.
Orang ini tidak sederhana.
Tyr memperhatikan pria yang membawa kantong hitam itu. Meskipun dia tidak bisa melihat apa yang ada di dalamnya, tapi peminatnya tergelitik.
Connie, yang tadinya marah, tercengang selama beberapa detik.
Ada perasaan yang tidak dapat dijelaskan mengalir ke dalam hati Connie. Dia tidak tahu perasaan apa ini. Yang dia tahu hanyalah sesaat, jantungnya berdegup kencang.
Pria muda itu berjalan ke kafe dan melihat sekelilingnya, lalu menatap Tyr dan Connie.
Tepatnya, dia melihat ke arah Connie.
Ketika mata mereka bertemu, jantung Connie berdenyut sekali lagi.
Pada saat ini, kemarahan di hatinya menghilang. Namun, dia adalah tipe wanita pendendam. Bahkan jika dia sudah tidak marah lagi, dia masih bertindak seolah-olah dia sedang marah.
Connie bisa menebak identitas pemuda itu.
Pemuda itu dengan cepat berjalan ke arah Connie. Dia sedang memegang sebuah foto. Dia melihat foto itu dan Connie beberapa kali, seperti sedang memvalidasi sesuatu.
Pada akhirnya, pemuda itu tersenyum cerah pada Connie dan mengulurkan tangan ke arahnya, “Hai, apakah Anda, Nona Connie Yorke? Suatu kehormatan bertemu dengan Anda, saya Dickson Watt.”