Bab 1711 Ansel Sudah Melewati Batas.
Quent mencoba untuk memperingatkan, “Tuan Ansel, kami sudah memiliki beberapa barang bukti. Selain itu, ketua pimpinan juga telah memberikan persetujuannya pada kami. Jika kau masih bersikeras melawan kami, maka tindakanmu akan dianggap sebagai tindakan pemberontakan.”
Biasanya, seorang pria yang berasal dari garis keturunan, seperti contohnya Quent, tidak akan berani bicara dengan Ansel dengan cara seperti ini. Ucapannya saat itu terdengar kasar tanpa menyimpan rasa hormat sedikitpun.
"Ayah, ayo kita kalahkan mereka." Saat ini Jehan sudah tersulut emosi.
Jika mereka tidak melakukannya, maka ini adalah waktu yang tepat bagi kita untuk dapat bergerak. Jika Ansel berhasil dibawa pergi, sudah pasti dia pasti akan jatuh ke dalam perangkap lawan. Akibatnya, Ansel tidak akan pernah bisa bangkit kembali.
Jika tetua Agung, Clovis, muncul untuk memberikan dukungannya pada saat ini, mungkin situasinya akan berbeda. Namun, pria yang sebelumnya telah memberikan dukungannya kepada Ansel memilih untuk bungkam. Pada saat ini, Ansel telah menebak sesuatu yang telah terjadi.
"Persetan denganmu!" Ansel telah mengeluarkan raungannya yang menggelegar, dan orang-orang yang ada di belakangnya mulai mengangkat senjata mereka sebagai respon dari tindakan mereka.
"Tuan Ansel, kau yang meminta ini!"
Sekelompok orang yang memberikan dukungan kepada Quent tidak merasa takut setelah mengetahui bahwa Ansel telah melakukan perencanaan pemberontakkan. Sebaliknya, justru mereka semua merasa sedikit bersemangat.
“Aku tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Silakan jika kau memang berniat untuk mengacaukan ku, tetapi sebaiknya kau harus memiliki kemampuan yang lebih untuk dapat melakukannya!” usai melontarkan kalimat itu, Ansel mulai menghujani Proteus dengan sebuah pukulan.
“Tangkap dia!”
Para pengikutnya mulai bergegas maju atas perintah Quent untuk mengepung Ansel. Pada saat yang sama, semua tetua dewan mulai mengambil tindakan.
Tak lama kemudian, konflik besar mulai meletus.
***
Secara bersamaan, Olympias terlihat duduk di lokasi Menara Regis dan melemparkan pandangannya ke luar jendela. Setelah beberapa saat, akhirnya Tyr berjalan ke arahnya.
"Bos, bagaimana situasi di luar saat ini?" tanya Olympias.
Tyr menjawab, “Perkelahian telah terjadi di kediaman Ansel. Aku khawatir jika pemberontakan yang terjadi didalam lingkungan internal keluarga akan terjadi hari ini.”
Olympias hanya bisa menarik napasnya dan menghembuskannya dengan keras, "Jadi Bos, apa yang ada di pikiranmu saat ini?"
"Tidak ada," jawab Tyr.
Pada saat yang sama, di dalam kediaman Jules.
“Tuan Jules, Ansel menolak untuk patuh pada prosedur penangkapan. Selain itu, semua anak buahnya juga telah berkumpul di sana.”
"Hmm. Memiliki rencana untuk membunuh seorang ketua pimpinan tidaklah cukup untuk menjatuhkan hukuman mati padanya,” ucap Jules dengan sedikit anggukan. “Saat ini dia tengah mengalami jalan yang buntu karena dia telah memicu pertempuran saat ini. Aku sudah memperingatkannya sejak lama bahwa kepribadian yang dimilikinya pada akhirnya akan membunuhnya.”
Sudut mulut Jules tampak sedikit terangkat, senyumnya yang tampak mekar di wajahnya sulit untuk dipahami.
“Haruskah aku pergi ke sana?” tanya Ettor.
"Lanjutkan." Jules melambaikan tangannya.
Ettore mengangguk sebelum akhirnya memutar tubuhnya dan berjalan keluar. Dia memimpin di depan, dan tak lama barisan panjang sebagian orang telah membuntuti di belakangnya, di mana masing-masing dari mereka telah dikelilingi oleh aura yang sangat dominan mirip dengan pejuang transenden.
Jules juga telah dikabarkan bahwa dirinya telah memiliki sekelompok kekuatan rahasia yang berada di bawah komandonya sebelum ini. Kabarnya bahwa para pejuang transenden itu dibawah pimpinan Ettore. Namun ternyata, itu hanyalah kabar burung yang kebenarannya belum dapat dikonfirmasi. Mereka akan mencari tahu kebenaran dari berita burung tu.
Ketika Ettore tiba di rumah Ansel dengan sekelompok pejuang elit, tempat itu telah berubah menjadi medan pertarungan yang tiada akhir.
Sebelumnya Ansel merupakan kandidat yang paling memenuhi syarat dari seluruh anggota keluarga untuk dapat mewarisi posisi dari pimpinan keluarga. Dia memiliki banyak rahasia yang disembunyikannya. Banyak para pengikut Ansel yang telah membawa sebagian orang-orang itu ke sini untuk dapat bergabung dalam pertempuran ini.
Orang-orang yang mendukung pihak Jules perlahan mulai berdatangan. Pada saat yang sama, pasukan utama dari keluarga White juga mulai bergabung dalam peperangan satu demi satu.
Tidak masalah siapa pihak yang merasa paling benar dan siapa yang salah setelah semuanya telah berhasil mencapai di titik sekarang ini. Pada saat yang sama, tidak ada seorangpun yang peduli apakah Ansel telah mengirim para pembunuh itu atau tidak.
Jika Ansel telah mengirim para pembunuh itu, maka dia akan sangat marah padamu saat ini. Jika bukan dia pelakunya, maka dia akan dipaksa ke dalam situasi yang sangat putus asa.
Ansel sudah melewati batas!
***
Sementara itu, di sebuah hotel di Kota Fern.
Pria dengan jaket bomber serta rambutnya yang dicat berwarna pirang dan dibiarkan berdiri di depan tempat tidur dan melihat ke arah Lereng Berkabut dari kejauhan. Seseorang tampak memasuki sebuah ruangan melalui pintu di saat yang tepat.
“Bagaimana situasinya saat ini?” Dia bertanya dengan sisi kepalanya yang dimiringkan ke arah sosok pendatang baru.
"Pertarungan telah dimulai," ucap pria itu. “Saat ini keluarga White sedang berada dalam kekacauan. Apa kita akan ke sana sekarang juga?”
"Tidak… Kami belum menerima pemberitahuan apapun dari Tuan White," ucap pria itu sambil menggelengkan kepalanya. “Kita tidak boleh muncul di dalam pertempuran itu atas inisiatif kita sendiri. Ketika kita tiba, semua itu hanya akan menjadi pemicu masalah yang tidak diperlukan, dan hal-hal seperti itu hanya akan menjadi bumerang bagi kita.”
"Tapi bagaimana jika Tuan White kalah dalam pertarungan ini?"
"Tenang, dia tidak akan kalah," si pirang itu hanya menyipitkan matanya dan berbicara dengan sangat yakin!
***
Di luar kediaman Ansel, pertempuran yang terjadi diantara kedua belah pihak terlihat semakin intens karena semakin banyak orang yang datang untuk bergabung.
Ratusan pejuang yang berpihak pada Ansel telah tiba di lokasi ini. Mereka semua adalah para prajurit unggul. Seluruh kediaman tampak tampak hancur, dan bangunan yang lainnya telah berubah menjadi puing-puing yang berantakan.
Kemudian Ettore tiba disini, ditemani oleh sekelompok prajurit misterius. Situasi telah berubah saat mereka tiba disini. Meskipun banyak sekali para prajurit yang telah memberikan dukungannya kepada Ansel, namun ketika Ettore dan rekan-rekannya muncul disana, ternyata sikap mereka sangat tidak masuk akal.
"Bunuh mereka semua sekarang juga! Tidak perlu berbelas kasih padanya.”
Di bawah perintah Ettore, para pejuang elit itu mulai melepaskan kekuatan tempur mereka yang sebenarnya. Mereka tidak bisa menahannya sama sekali. Ke mana pun mereka pergi, kekacauan dan kehancuran mulai mengikuti mereka tak lama setelah kejadian itu.
Sambil memegang pedang yang ada di tangannya, Ettore mulai membantai semua para pengikut Ansel di sepanjang jalan sampai dia melaju ke sarang musuh.
Swoosh, swoosh, swoosh!
Pedang Ettore mulai menari-nari secepat angin. Hanya sedikit yang menghalangi jalannya yang mampu menahan serangannya. Ettore telah tiba disisi Ansel dalam sekejap mata.
“Jaga Tuan Ansel untuk tetap aman!” Seseorang memberi perintah, dan beberapa orang lainnya mulai melompat keluar pada saat yang bersamaan, menghalangi jalan Ettore untuk keluar dari sana.
"Apakah kamu pikir kau bisa menghentikanku?"
Ettore mengerutkan alisnya dan menebaskan pedang yang berada dalam genggamannya. Setiap tebasannya, langsung memikat para lawan hingga terpesona. Dia telah mengatasi rintangan yang telah dibentuk oleh sekelompok orang ini dan saat ini dia tiba di hadapan Ansel setelah mengalami beberapa serangan.
Wajah Ansel langsung berubah menjadi pucat karena merasa takut dan pria itu terus berjalan mundur. Dibiarkan tanpa bisa memilih, dia mulai mengeluarkan raungannya yang menggelegar dan melemparkan pukulan yang kuat ke arah Ettore.
Boom!
Ansel adalah sosok petarung yang kuat, tetapi pukulannya bahkan tidak bisa mengancam Ettore. Meskipun dia telah menerima pukulan yang ganas dari Ansel, namun bila yang ada di tangan Ettore tidak berhenti sampai disitu, dan dalam sekejap dia telah bertengger di samping leher Ansel.
"Hentikan, kalian semua!"
Ettore meraung dengan keras. Suaranya bisa terdengar menggema hampir di seluruh kediaman Ansel. Kedua belah pihak seketika terhenti ketika mereka melihat sosok Ansel yang tengah terdesak di ujung pedang oleh Ettore.
"Lepaskan ayahku!" Jehan bergegas dengan sorot matanya yang merah, tetapi Ettore telah membantingnya kembali dengan sebuah ledakan.
“Tuan Ansel, melanjutkan pertarungan hanya akan melemahkan kekuatan dari keluarga ini,” kata Ettore. “Ini hanya buang waktu. Pilihan terbaikmu saat ini adalah menyerah tanpa melakukan perlawanan.”