NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 1710 Ansel Ditahan

Usai berkata demikian, Goswin langsung menyerahkan salinan rekaman suara itu kepada Olympias, lalu pria itu menambahkan, "Tetua, ini adalah rekaman yang kemarin." Olympias menyalakan perekam suara. Disana terdengar suara Ansel dan Jehan yang berbicara di ruang belajar sehari sebelumnya. Olympias mendengus dengan dingin setelah dia selesai mendengarkan rekaman tersebut. "Dengan ini aku memerintahkan kalian untuk segera menangkap Ansel." "Baik, Tetua." Goswin segera berbalik dan pergi begitu dia menerima pesan tersebut. Sementara itu, Olympias dan Tyr tetap berada di tempatnya. Mereka memutar rekaman itu sekali lagi. “Bos, sepertinya situasinya semakin rumit. Menurutmu siapa yang telah merekam dan membocorkan rekaman ini?” “Kemungkinan besar mata-mata yang mengintai di sisi Ansel,” jawab Tyr. “Paman Benoit?” “Seharusnya bukan.” Tyr menggelengkan kepalanya, "Dia bagian dari tim yang menginginkan kematianmu." *** Dewan Kehakiman langsung meluncurkan kearah rumah Ansel pada pukul sembilan pagi. Mereka mengepung pintu masuk rumah, tidak meninggalkan celah bagi siapa pun untuk dapat masuk atau bahkan keluar. Beberapa penjaga dari kediaman Ansel mulai bergegas keluar dari gedung begitu pintu dibuka. Mereka berseru dengan keras, "Hei, apa yang kalian semua lakukan?" Orang yang bertanggung jawab atas keadilan bergegas keluar dari kerumunan. Tampak sebuah pisau panjang yang menjuntai dari pinggangnya. Dia berbicara dengan dingin. "Apa yang kalian semua lakukan? Ansel sudah keterlaluan beraninya dia mengirim seseorang untuk dapat membunuh pimpinan baru, karena itu adalah tindakan yang sangat berbahaya. Apakah dia mencoba untuk menghasut sebuah pemberontakan? Semuanya, tolong letakkan senjatamu dan menyerahlah. Kalian semua telah dikepung.” "Apakah kau sedang bergurau?" Penjaga itu mulai mengutuk dengan marah. "Tuanku tidak pernah melakukan hal seperti itu." "Terserah kau mau percaya atau tidak!" Para penjaga itu mulai tidak sabar. Para bawahannya langsung bergegas seperti gelombang pasang menuju rumah Ansel setelah dia memberikan perintahnya. Beberapa pejuang itu tampak bergegas keluar dari rumah. Kedua belah pihak langsung terlibat dalam sebuah pertempuran. Pada saat ini, Ansel sudah mendengar rumor mengenai berita yang sedang terjadi. Untuk itu dia segera memanggil Jehan masuk kedalam kamarnya. "Ayah!" Ketika Jehan mendorong pintu terbuka, ekspresi wajahnya tampak panik. "Kau memang binatang!" Ansel menendang Jehan ke tanah sebelum dia bisa berkata apa-apa. "Kau binatang, aku sudah memberitahumu kemarin bahwa aku melarangmu melakukan hal semacam itu!" Dia meraung. “Kenapa kau tidak mau mendengarkanku? Bagaimana aku bisa membersihkan semua kekacauan yang telah kau buat hingga menimbulkan suatu masalah yang besar? Semua sudah berakhir! Keluarga kita akan segera hancur!" Ansel berteriak dengan marah seperti layaknya sebuah ketel yang bersiul dengan kencang saat airnya matang. Dia menendang Jehan hingga beberapa kali, menyebabkan pria itu berteriak dengan sekuat hati. “Ayah, hentikan! Tolong hentikan! Bukan aku yang melakukannya. Aku tidak mengirim regu pembunuh untuk membunuh Olympias. Itu bukan aku!” seru Jehan. "Kau tidak melakukan semua ini?" seru Ansel,dengan wajahnya yang tampak tercengang. "Bukan aku pelakunya!" napas Jehan tampak terengah-engah. Pukulan Ansel sangat brutal, dan mereka hampir saja membunuhnya di tempat. “Jika kau tidak melakukannya…” Ansel mengerutkan kening, “Bagaimana dengan Paman Benoit?” “Paman Benoit juga tidak melakukannya,” Jehan buru-buru menjelaskan. “Semalam kau telah menolak saran dari kami. Kami tidak ada hubungannya dengan semua ini. Semua kekuatan keluarga kami ada di tanganmu. Bagaimana kita bisa mengirim dua orang pembunuh dari kalangan Transformasi dan seorang pembunuh Transenden di level tertinggi untuk membunuh Olympias? Ayah, Paman Benoit telah ditangkap. Itu dilakukan secara sepihak oleh Dewan Tetua, tetapi dia juga tidak bersalah.” Ansel tampak tercengang sejenak. Dalam sekejap, firasatnya mengatakan bahwa dia akan mendapatkan serangan yang sangat menakutkan. Beberapa bayangan tampak melintas di dalam benaknya saat ini. Pria itu berseru, "Siapa pun yang melakukan tindakan seperti ini dia adalah sosok yang sangat kejam!" "Ayah, para pembunuh yang dikirim tadi malam bukan berasal dari orang suruhanmu?" Pada saat ini, Jehan akhirnya menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ansel menggeram dengan pelan dan berkata, “Meskipun temperamenku buruk, namun aku masih memiliki batas dalam melakukan sesuatu. Aku tidak mampu melakukan tindakan seperti membunuh saudaraku sendiri.” "Lalu..." Jehan juga terkejut bak disambar petir. “Seseorang mencoba untuk menghancurkan kita, Ayah! Apa yang harus kita lakukan sekarang setelah semua orang dari Dewan Kehakiman tiba di sini?” Ansel tampak menarik napasnya dalam-dalam dan bertanya, “Di mana Tetua Agung? Apakah dia sudah di sini?” "AKU. . . Aku tidak tahu." Setelah itu Ansel tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya berjalan menuju ke arah pintu. Dua kelompok orang mulai berkelahi di halaman luar pada saat itu. Hati Ansel tampak tenggelam dalam ketidakberdayaan ketika dia menyaksikan situasi yang terjadi, dan rasa menggigil yang hebat mulai menjalar dari tulang punggungnya. "Hentikan, kalian semua!" Ansel mengeluarkan raungan yang sangat memekakkan telinga. Kedua belah pihak, yang telah bertarung dengan ganas, akhirnya terhenti. “Proteus, apa tujuanmu membawa begitu banyak orang ke rumahku dan menghasut pertumpahan darah? Apakah kau sedang merendahkan aku?” Ansel tampak marah pada sosok pria yang saat ini menjadi pemimpin dari pasukan. Biasanya, orang-orang itu akan menjadi anjing piaraannya, tetapi saat ini Ansel hany mendapatkan penghinaan dan kesombongan yang terpancar dari ekspresi wajah mereka. Sikap mereka tampak sangat mengganggunya. Proteus, yang juga dikenal sebagai penanggung jawab, tampak berbalik dan mendekati Ansel. “Tuan Ansel, kami hanya menjalankan tugas. Tolong jangan mempersulit kami. Sekarang, aku ingin mengundangmu untuk ikut dengan kami ke Dewan Pengadilan untuk menjalankan penyelidikan lebih lanjut.” “Kau pikir kau ini siapa? Memangnya kau memiliki wewenang untuk memberi tahu ayahku apa yang harus dia lakukan? Jehan mendekatinya dan menampar wajah Proteus dengan keras.” Mungkin sebelumnya Proteus tampak terlihat sombong, tapi dia merasa sangat ketakutan saat orang-orang seperti Ansel dan Jehan mulai bergegas keluar dari rumah. Bahkan jika Ansel telah membuat kesalahan yang besar, mengingat posisinya sebagai Tuan Ansel dari keluarga White, dia tidak akan mengizinkan Proteus, orang yang hanya bertanggung jawab atas Dewan Keamanan, dapat memamerkan kekuatannya di sini. "Tuan Ansel, kami hanya mengikuti aturan yang berlaku." Ansel menyipitkan matanya dan membalas, “Aturan? Siapa yang telah membuat aturan? Katakan padaku... Siapa yang telah mengirimmu ke sini untuk menangkapku?” Untuk sesaat, Proteus hanya bisa terdiam, yang membuat Ansel meraung dengan keras, "Katakan!" "Ini Tuan... Tuan Jules!" Proteus menjawab. "Mereka telah memperoleh bukti bahwa kaulah orang yang telah mengirim seseorang untuk membunuh Pimpinan." "Omong kosong." Ansel terlihat sangat marah sehingga urat biru yang ada di dahinya menonjol satu per satu. “Tangan yang bersih tidak ingin dicuci. Aku tidak akan pernah melakukan sesuatu yang lebih rendah dari prinsipku sendiri. Jules ingin menggunakan tuduhan palsu ini sebagai alat untuk menuduhku. Dia terlalu berani, aku akan memberikan pembalasan yang setimpal.” Proteus menyarankan, “Tuan Ansel, jika kau benar-benar tidak bersalah seperti yang kau nyatakan, silakan ikut bersamaku menuju Dewan Keadilan dan bekerja sama dengan baik untuk penyelidikan. Kami pasti akan membersihkan namamu jika ternyata itu bukan salahmu.” “Persetan! Apakah kau tidak tahu identitasku di keluarga ini?” Ansel berteriak langsung padanya. Aku tidak peduli tentang Dewan Keadilan, tetapi jika kau berani menuduhku dengan tuduhan palsu, jangan salahkan aku karena bersikap kasar kepadamu! Ansel menolak untuk mengakui bahwa dia telah mengirim seseorang untuk membunuh Olympias. Karena itu, dia tidak mau pergi ke Dewan Keadilan bersama dengan Proteus untuk melakukan penyelidikan, yang segera menempatkan Proteus dalam posisi dilema. Sekelompok orang mulai menerobos masuk melalui pintu pada saat itu. Quent adalah orang pertama yang memimpin. Ditemani oleh beberapa orang sesepuh dari Dewan Sesepuh.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.