NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 356

Anis mengerutkan keningnya, "Apa kamu punya bukti untuk membuktikan perkataanmu?" Yenardo mengeluarkan sebuah dokumen dari tas LV milik Citra, lalu menyerahkannya ke Anis, "Ini adalah hasil tes DNA untuk mengkonfirmasi hubungan ayah dan anak." Anis melihat pada kolam terakhir, yang tertulis: "hubungan kekerabatan darah antara keduanya lebih dari 99,99%, memastikan hubungan ayah dan anak." "Ini ..." Mata Anis beralih dari dokumen ke Silvi. Junarti bangun, berjalan melingkari Silvi sambil mengamati dan berkata, "Bagian alis matanya memang benar lumayan mirip dengan adik perempuan keenam kita." "Apa kamu yakin hasil ini benar?" tanya Anis dengan serius. "Aku telah meminta orang untuk mengirimkanku darah adik keenam dari penjara, jadi tidak akan salah," kata Yenardo penuh percaya diri. Silvi sangat panik hingga jantungnya hampir meledak karena terus diamati oleh mereka. Suasana keluarga Cavali jauh lebih menakutkan daripada keluarga Amarta. Namun, ketika dia memikirkan bahwa ini adalah rumahnya, dan paman keempatnya telah mengatakan bahwa meskipun ibu kandungnya telah meninggal, dan ayahnya berada di penjara. Selama dia bisa patuh dan menyenangkan kepala keluarga, dia bisa menetap dengan kokoh di keluarga Cavali. "Paman, Bibi, akhirnya aku bisa bertemu dengan kalian, sungguh sengsara aku selama ini," ujar Silvi lalu langsung berlutut di depan Anis sambil menangis. "Selama bertahun-tahun ini, aku tinggal di keluarga Amarta di Kota Binsar. Aku dijadikan alat pernikahan oleh keluarga Amarta untuk bersekutu dengan keluarga Gunawan. Aku hidup dengan penuh ketakutan dan waspada. Namun, setelah mereka menemukan kembali putri mereka tahun lalu, mereka tidak hanya mengusirku keluar, tapi juga menyebabkan kehancuran keluarga Gunawan." "Lebih parah lagi, putri asli keluarga Amarta itu yang telah menemukan keluarganya sendiri malah dengan sengaja menyembunyikan identitas asliku, dan membuangku ke pegunungan yang miskin dan berbahaya. Aku hampir tidak bisa keluar hidup-hidup." "Meskipun aku tidak besar di keluarga Cavali, tapi darah yang mengalir dalam tubuhku adalah darah keluarga Cavali. Mereka memperlakukanku seperti ini, bukankah mereka tidak menghargai keluarga Cavali ... " "Kasihan anak ini, ayo cepat bangun," kata Nyonya Junarti sambil menyangga Silvi Amarta berdiri. "Keluarga Amarta di Kota Binsar? Apakah keluarga Carlo Amarta itu?" tanya Anis. "Benar!" kata Silvi sambil terisak-isak. Anis menunjukkan ekspresi muram, tatapan matanya penuh misterius dan tajam, dia bertanya, "Siapa namamu?" "Namaku sebelumnya adalah Silvi Amarta." kata Silvi. Perkataannya sangat licik, dia mengatakan "sebelumnya", artinya dia sekarang telah kembali ke keluarga Cavali, seharusnya dia harus dikasih nama yang sesuai dengan senioritas, dan nama belakangnya harus diganti menjadi Cavali. Junarti segera mengerti maksudnya Silvi. Meskipun gadis ini memiliki darah keluarga Cavali, tetapi dia tumbuh di keluarga kelas bahwa yang kasar dan serakah, tingkah lakunya tidak ada kaitannya dengan keanggunan. "Bagus kamu sudah kembali," kata Anis, lalu dia berkata kepada Junarti, "Junarti, bawa dia ke kamar, atur dengan baik." "Oke," jawab Junarti, lalu dia berkata ke Silvi, "Sini, Nak, ikuti aku." Mendengar ini, Silvi sangat senang di dalam hatinya, keluarga Cavali jelas telah menerimanya. Dia dengan senang berkata, "Terima kasih, Paman, Bibi." Yenardo memberi sebuah tatapan kepada Citra, lalu Citra juga membawa Rowen untuk pergi. Di ruang tamu, hanya Anis dan Yenardo yang tersisa. "Tidak heran dulu tidak menemukan mayat dokter Hermawan dan Lenni, ternyata mereka tidak mati sama sekali! Cara berpura-pura mati yang bagus!" kata Yenardo Cavali. Anis diam-diam menghisap cerutu, tidak berkata-kata. Asap menyelimuti, mengaburkan pandangannya, membuat orang tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. "Artinya, mungkin adik ketujuh sebenarnya sudah tahu tentang hal ini sejak lama, tapi tidak pernah mengatakannya, bahkan dekat dengan putri asli keluarga Amarta seperti itu. Mungkinkah mereka berdua memiliki suatu tujuan? Bagaimanapun, gadis itu pada saat itu ... " sambung Yenardo. Anis mengerti maksudnya, dia memotong ucapannya, "Jangan beri tahu Damian dulu tentang hal yang terjadi hari ini." Mereka kehilangan kontrak investasi untuk keluarga Amarta yang bisa digunakan untuk mengancam Damian, tetapi malah mendapatkan Silvi, mantan anak angkat keluarga Amarta. Nasib baik terkadang datang dari situasi yang tak terduga. "Baik, kalau begitu aku pergi duluan untuk mengucapkan selamat tahun baru kepada Ibu," kata Yenardo. Yenardo berhenti berbicara pada saat yang cocok, lalu berbalik untuk pergi, dengan sejejak kelicikan melintas di dalam tatapannya.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.