Bab 353
Alice mengamati bentuk gembok tembaga itu, lalu menemukan sebuah kunci dari gantungan kunci. Dia berpikir dalam hati, "Jangan-jangan hadiah yang diberikan adalah sebuah rumah besar?"
Setelah membuka kunci tembaga dan mendorong pintu terbuka, Damian menyalakan lampu. Adegan pertama yang muncul di depan mereka adalah sebuah layar berpola kuno yang indah.
Begitu melewati layar kuno itu, hal lain yang muncul adalah sebuah ruang penyimpanan obat tradisional dan ruang peralatan pembuatan obat yang telah diperbaiki lebih bagus.
Alice sangat bahagia ketika melihat ini. Dia melangkah maju untuk mengamati dengan saksama.
Ruang penyimpanan obat terdapat segala macam bahan dasar obat tradisional yang lengkap. Peralatan pembuatan obat seperti tungku obat, jarum emas dan perak untuk akupunktur juga sangat lengkap.
Jelas, semua ini disiapkan khusus untuknya.
Sebelumnya, dia juga pernah berpikir untuk menyiapkan sebuah gudang penyimpanan obat di vila di pinggiran kota, tetapi karena titik lokasinya tidak terlalu cocok, dan dia juga terbiasa menggunakan laboratorium di Veritas, dia pun malas berpindah ke tempat lain lagi.
Setelah itu dia datang ke Kota Canai untuk melanjutkan studi, tidak mungkin baginya untuk kembali menggunakan laboratorium Veritas lagi. Dia tidak menyangka Damian akan menyiapkan tempat seperti ini untuknya.
"Ketiga ruang lainnya masing-masing adalah kamar mandi, ruang penerimaan pasien, serta sebuah laboratorium kimia," kata Damian dengan membawa Alice keluar ke halaman, lalu memperkenalkan setiap ruangan untuknya.
"Tempat ini dekat dengan Universitas Ganesyah dan Universitas Binjaya. Kamu bisa membuka klinik pengobatan tradisional di sini, membuat obat sambil menyembuhkan orang lain."
Alice memandang Damian, tiba-tiba merasa pria ini mungkin sebuah cacing di hatinya, yang tahu semua pikirannya. Dia bahkan sudah menyiapkan semua hal yang direncanakan oleh dirinya sendiri sebelum datang ke kota Canai.
Alice tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya pada Damian, "Kok kamu tahu aku bisa membuat obat?"
Dia hanya pernah memberinya pil obat, tidak pernah memberi tahu padanya dari mana dia mendapatkan obat itu.
Mata Damian beralih ke arah lain, merasa sedikit panik karena hampir terbongkar rahasianya.
Alice memang tidak pernah mengatakan bahwa obat itu dibuat oleh dirinya sendiri, hanya saja dia pernah mengatakannya ketika menggunakan identitas dokter sakti tanpa nama.
"Apa obat yang kamu berikan padaku bukan buatanmu sendiri?" tanya Damian kembali.
"Aku hampir lupa, bukankah sebelumnya kamu mengatakan bahwa penyakitku hanya bisa disembuhkan dengan mutiara hitam? Tapi sekarang aku sudah sembuh, apa karena kamu telah memberiku mutiara hitam? Tapi bukankah mutiara hitam itu ada di tangan dokter sakti tanpa nama?"
Damian mengangkat alisnya, menatap Alice dengan penuh curiga.
Alice terkejut ketika mendengar ini, merasa sepertinya Damian sudah mengetahui identitasnya sebagai dokter sakti tanpa nama. Bagaimana Damian bisa mengetahuinya?
Jelas orang luar semua mengira dokter sakti tanpa nama adalah Selvi Andraji, bukan?
Namun, tindakan Selvi yang menggunakan namanya untuk sembarangan merawat pasien di mana-mana sangat membuatnya marah. Alice bertekad untuk menghentikannya, tetapi sekarang bukanlah saat yang tepat.
Karena dia telah melupakan satu hal sebelumnya, yaitu uang yang didapatkan dari penipuan terhadap Marisa sebelumnya, telah dikirimkan langsung ke Aula Bintang.
Jika seseorang memanfaatkan hal ini dan meretas sistem Aula Bintang, begitu diamati dengan hati-hati, bisa dengat mudah diketahui bahwa uang ini telah digunakan untuk membayar ke dokter sakti tanpa nama.
Begitu dia mengungkapkan bahwa dokter sakti tanpa nama adalah dirinya sendiri dan bukan Selvi, maka ini sama saja mengumumkan ke seluruh dunia bahwa dia lah orang yang dicari oleh Interpol dengan hadiah 100.000 dolar.
Demi tidak terjadi hal seperti ini, dia perlu mencari kesempatan untuk menyelinap ke Aula Bintang saat pemimpin aula bintang tidak ada, dan menghapus catatan informasi transaksinya saat itu.
"Ini menunjukkan keahlian medisku yang sangat hebat!" balas Alice tanpa menjawab pertanyaan Damian secara langsung.
Kemudian, Alice menunjuk ke kamar barat dan mengalihkan topik, "Ini kamar, kan? Ini sudah jam tiga, aku ngantuk. Tidur saja di sini malam ini."
Damian memandang punggung Alice dan tersenyum tak berdaya.
Apakah gadis ini masih tidak ingin memberi tahu dia tentang identitasnya?
Alice membuka pintu kamar barat dengan kunci, lalu lampu di dalam kamar menyala secara otomatis. Tata letak ruangan ini sangat klasik, dengan kamar tidur berada di sebelah kiri dan ruang kerja di sebelah kanan.
Meskipun dekorasi keseluruhan terlihat kuno, tetapi peralatan hidup modern di sini sangat lengkap.
Alice membuka lemari di dalam kamar, lalu dia melihat bahwa semua baju tidur, baju dalam, dan jaket masing-masing tersusun rapi berdasarkan pakaian pria dan wanita di dalam lemari. Ketika melihat ini, Alice langsung menoleh ke belakang untuk memandang Damian.