Bab 767
Wajah mungil Zea tampak sedikit pucat. Anak itu sepertinya agak sakit.
Nadira baru sadar bahwa selama tiga hari ini, dia sama sekali tidak mengurus anaknya yang satu lagi.
Perempuan itu berdiri dan berjalan mendekat, mengangkat tangannya untuk meraba pergelangan Zea yang terasa hangat. Rasa bersalah langsung menyerangnya. "Zea, kamu demam."
Zea menunduk dan berkata pelan, "Ayah sudah memintakan infus buat aku. Tapi, aku nggak mau diinfus ... "
"Kenapa begitu, Sayang?"
Nadira pun menyadari sesuatu. Bagaimana dia bisa lupa? Dia masih punya satu anak lagi. Tiga hari ini, pikirannya hanya tertuju pada Morris. Dia terlalu lelah mencarinya hingga tidak sempat memperhatikan Zea. Padahal, tubuh anak itu sejak kecil sudah lemah.
"Bu, ini semua salahku ... Kenapa bukan aku yang diculik Lestari?"
"Lebih baik aku yang diculik! Ibu sayang banget sama Morris. Aku nggak mau lihat Ibu sedih."
"Kenapa setiap kali yang berani maju selalu Morris? Akhirnya yang kesulitan dia juga. Aku benar-benar nggak be

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda