Bab 642
Jantung Arman terus berdebar tak karuan.
Namun, itu hanya sesaat.
"Yolanda, jangan main-main ... "
Arman menggeleng pelan sembari tersenyum getir. Dia tahu gadis ini hanya menggodanya, jadi dia segera mengalihkan topik pembicaraan. "Tadi kamu tanya tentang pengalamanku selama bertahun-tahun ini, 'kan? Oke, akan aku ceritakan."
"Pengalamanmu itu bisa kita bahas nanti. Kak Arman, jawab dulu pertanyaanku barusan."
Yolanda tetap menantikan jawaban Arman dengan penuh harap.
"Eh ... kita bahas sekarang saja. Nanti kalau lampunya sudah dimatikan, aku mungkin akan cepat tertidur."
Arman berniat mengalihkan pembicaraan.
Entah kenapa, dia merasa agak gugup.
Sejujurnya, dia mulai ragu apakah Yolanda memang sedang bercanda.
Syukur kalau memang ini hanya sekadar candaan.
Namun, kalau serius, bukankah itu berarti ...
"Kak Arman, kok keringat di dahimu makin banyak?"
Yolanda memperhatikan titik-titik keringat di dahi Arman seraya bertanya dengan lembut.
"Ada ... ada ya?"
Mata Arman bergetar.
"Kak Arm

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda