Bab 166
"Bantu dia berdiri."
Dreya menoleh ke arah Feli dan si kepala pembantu yang ada di samping dengan sorot tatapan yang sangat serius.
Mereka berdua segera memapah Pak Arian untuk berdiri.
Sementara itu, Rafael kebetulan membuka pintu.
Dreya benar-benar fokus dan sama sekali tidak melihat ke arah pintu. Dreya berjalan ke belakang Pak Arian dan kembali menusukkan jarum setelah menemukan titik akupunktur yang tepat.
Detik berikutnya, Pak Arian tiba-tiba terbatuk pelan.
Darah pun keluar dari mulutnya.
Bukan hanya Rafael yang melihat kejadian ini, melainkan juga Javi dan Yevani.
Semua orang terlihat sangat serius. Hanya Dreya yang terus menusukkan jarum dengan tenang.
"Kok jadi muntah darah? Ini ada apa sebenarnya?"
Feli sontak terkejut hingga tubuhnya gemetar. Tangannya yang memegang tangan Pak Arian refleks mencengkeram lebih erat.
"Om Rafael! Sudah kubilang dia itu nggak mampu, tapi Om tetap maksa mengizinkannya mengobati Kakek! Sekarang Kakek jadi muntah darah!"
Javi bergegas masuk dan me

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda