Bab 221
...
Shania merasa sesak sampai dadanya nyeri, seperti ada batu besar menghantam dadanya.
Dia tertawa kecil.
Lalu memalingkan wajah dan pura-pura tak peduli lagi padanya.
Xander tampaknya kesal karena dijebloskan ke situasi ini. Sementara Shania, yang keliru menilai situasi, justru tanpa sengaja ikut andil dalam kekacauan itu, membuat dirinya jadi sasaran empuk.
Tak heran nada bicaranya di telepon tadi terasa penuh sindiran.
Shania menghela napas.
Saat melihat Brenda dan temannya memandang ke arahnya, dia berusaha tersenyum, meski senyumnya lebih mirip senyum yang dipaksakan.
Untungnya, Xander tidak terus-menerus melontarkan sindiran.
Melihat Xander membalikkan badannya, Shania pun ikut kembali menghadap ke depan.
Teddy dan Jeffry yang sebelumnya diam-diam mengamati, langsung berpura-pura fokus pada langit-langit begitu mereka sadar sedang diperhatikan.
Di luar restoran.
Siska masuk dengan langkah santai.
Dia memindai sekeliling dengan tatapan malas. Begitu matanya tertuju pada dua m

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda