Bab 214
Ujung jari yang pucat dan ramping menekan halaman buku, tatapan matanya dalam, wajahnya tampak sedang memikirkan sesuatu.
Pak Leo membawa beberapa kotak obat ke dalam sambil menghela napas. "Aduh, orang tua memang gampang sakit tanpa sebab."
...
Keesokan paginya.
Shania dan Siska berangkat pukul tujuh pagi.
Demi keselamatan mereka, Siska bahkan membawa adik laki-lakinya yang sedang liburan dari sekolah olahraga untuk melindungi mereka.
Shania memandangi adik Siska yang sudah tinggi besar namun masih berwajah imut itu, lalu memandang Siska dengan tatapan tak percaya. "Apa kamu nggak merasa kita seperti dua tante kaya yang menyewa anak muda imut untuk jadi teman main?" pikir Shania.
"Keselamatan itu nomor satu."
Tampaknya Siska menyadari isi hatinya.
Shania berpikir sejenak, baiklah, perjalanan kali ini mungkin akan ke daerah pegunungan dan pedesaan, mereka berdua perempuan, jadi memang kurang aman. Meskipun adiknya masih muda, tapi penampilannya cukup gagah dan memberi rasa aman.
"Baikl

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda