Bab 789 Taktik Dalam Memenangkan Hati Pria Impiannya I
Meskipun Boyle sudah memukuli Caleb sampai babak belur, wajah Boyle tidak sepenuhnya bersih dari luka.
Layla dan Cherie membawa Boyle ke Pusat Kesehatan Mahasiswa.
Dokter kampus sedang mengobati luka di sudut mulut Boyle.
Cherie mengintip melalui pintu saat dia mengamati apa yang terjadi di dalam.
Layla memasang wajah masam saat dia berdiri di samping Boyle di Pusat Kesehatan Mahasiswa.
“Bisa-bisanya kau bisa bertindak sangat gegabah, Boyle? Jika Caleb tidak membatalkan masalah ini dan benar-benar pergi untuk memeriksakan cederanya lalu menyerahkan laporan tersebut ke dewan sekolah, kau akan mendapat hukuman dari kampus.”
Boyle tetap diam saat dia hanya sedikit mengernyitkan dahinya, benar-benar mengabaikan Layla.
Layla merasa sedikit tidak senang saat dia melanjutkan, “Ini tahun terakhirmu. Jika kau mendapat hukuman apapun, konsekuensinya akan sangat serius. Kau sudah bekerja sangat keras untuk mendapatkan semua ini sekarang, dan kau malah…”
“Cukup, Layla.”
Boyle memotong perkataan Layla saat dia semakin mengernyitkan dahinya.
Dokter kampus itu adalah seorang pria tua berusia 50 tahun dan menggunakan kacamata yang sangat tebal. Dia bertanya pada Boyle sambil tersenyum, “Yang mana kekasihmu? Gadis yang berdiri di pintu sepertinya akan menjatuhkan matanya karena sudah menatapmu cukup lama.”
Sementara yang ada di dalam memiliki banyak hal untuk disampaikan.
Layla mencibirkan bibirnya dan sepertinya cukup cemas untuk mendengar jawaban Boyle.
Boyle menjawab dengan santai, “Bukan keduanya. Kau salah.”
Dokter tua itu tidak bisa berkata-kata.
‘Hmph, bocah ini memilih untuk tetap melajang.’
“Sudah selesai. Seharusnya tidak akan menyebabkan masalah. Hanya usahakan lukamu itu tidak terkena air.”
Saat Boyle hendak keluar dari Pusat Kesehatan Mahasiswa, dia melihat wajah Cherie yang khawatir di pintu.
“Apa sakit, Boyle?”
Layla merasa tidak senang saat dia berkata, “Lihat betapa babak belurnya dia. Bagaimana bisa tidak sakit?”
Cherie sedikit merasa bersalah karena Boyle terluka karena dirinya. Dia mencibirkan bibirnya sambil menundukkan kepala.
Boyle menatap Cherie yang sedih seperti anak kecil yang sudah melakukan suatu kesalahan. Tapi, dia tidak yakin kenapa dia menjawabnya dengan tenang, “Jangan khawatir, aku baik-baik saja.”
Wanita itu langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum polos saat dia bicara sambil memperlihatkan barisan giginya yang putih, “Aku senang kau tidak apa-apa.”
Boyle menahan dirinya untuk tidak menepuk kepala Cherie.
Tenggorokannya tercekat.
Layla mengingatkan Boyle, “Kita harus pergi, Boyle. Kita masih harus bertemu dengan profesor siang nanti.”
Boyle mengangguk. Meskipun dia tampak dingin, dia tetap pergi bersama Layla.
Saat itu, Cherie menerima telepon dari Whitney. Dia bertanya di mana Cherie dan mereka setuju untuk segera bertemu di kafetaria.
…
Setelah memesan makanan saat mereka sampai di kafetaria, Cherie dan Whitney bertemu dengan Boyle dan Layla lagi.
Cherie dan Whitney membawa nampan mereka dan menghampiri meja Boyle dan Layla tanpa tahu malu.
Whitney bertanya, “Apa kursi ini ada yang menempati, Boyle?”
“Tidak.”
Cherie dan Whitney duduk bersama mereka.
Awalnya, Boyle dan Layla duduk berhadapan. Tapi sekarang, Cherie duduk di samping Boyle, sementara Whitney duduk di samping Layla.
Layla benar-benar kehilangan nafsu makannya karena sudah melewati banyak hal hari ini. Semua kejadian hari ini benar-benar memperburuk suasana hatinya di sisa hari itu.
Cherie mengangkat dagunya dengan sombong saat dia makan. Karena tidak ada orang yang menjadi kekasih Boyle secara resmi, bukankah itu artinya mereka berdua berada di kompetisi yang adil saat ini?
Belum lagi, Boyle tidak bilang kalau Cherie mengganggunya, jadi apa hak Layla untuk menyuruhnya pergi?
Suasananya terasa sangat canggung.
Whitney batuk dengan canggung sebelum mengatakan, “Terima kasih untuk semuanya hari ini, Boyle. Kau benar-benar harus mentraktir Boyle lain kali, Cherie!”
Sebelum Cherie bisa mengatakan sesuatu, Boyle langsung menolaknya, “Tidak perlu.”
Ucapan itu membuat Layla sedikit membaik saat dia tahu kalau Boyle benar-benar tidak tertarik pada bocah kecil ini dan dia tidak lebih seperti mahasiswi lainnya bagi Blaine.
Layla melirik piring Boyle dan melihat kalau di piring itu hanya ada sayuran, jadi dia meletakkan sepotong ayam di sana.
“Kau harus makan lebih banyak, Boyle.”
Cherie tidak bisa berkata-kata.
Layla benar-benar meletakkan sepotong ayam ke piring Boyle menggunakan garpu miliknya. Dia benar-benar mengira kalau dialah kekasih Boyle meskipun tadi Boyle sudah menyangkal kalau Layla adalah kekasihnya di Pusat Kesehatan Mahasiswa!
Cherie mengaduk makanannya dengan kesal, nafsu makannya sudah hilang.
Untung saja, Boyle tidak pernah menyentuh potongan ayam itu bahkan setelah dia selesai makan.
Setelah mereka selesai makan, mereka berpisah dengan Boyle dan Layla saat keluar dari kafetaria.
Tapi, suasana hati Cherie cukup baik.
Whitney merasakan ada sesuatu yang aneh mengenai Cherie jadi dia bertanya, “Kejahatan apa yang sudah kau lakukan, Cherie? Entah kenapa aku merasa ada yang aneh denganmu.”
Cherie hanya berdiam.
Dia tidak bisa sebahagia ini saat ada Layla tadi.
Cherie berteriak dengan percaya diri, “Boyle akan menghubungiku kurang dari 24 jam.”
Whitney ingin tahu saat dia bertanya, “Apa yang kau lakukan?”
Cherie berbisik di telinga Whitney, “Aku memasukkan ponselku di tasnya saat kita makan tadi.”
Whitney tidak bisa berkata-kata.
Kemudian Whitney mengacungkan jempolnya pada Cherie saat dia berkata, “Lumayan! Bagus! Oh, Cherie, saat cinta masuk ke dalam kepalamu, kau benar-benar mendapatkan segala macam ide!”
Cherie mengejek saat dia berkata, “Otakku biasanya juga cukup berguna!”
“Cukup adil, karena kau bisa masuk ke Universitas Ibukota daripada hanya bermain-main. Terlebih lagi, kau sangat berbakat memainkan piano. Kau memang pintar. Satu-satunya saat kau menjadi bodoh adalah ketika kau bersama Boyle.”
Cherie menjawab dengan santai, “Menurutku Boyle cukup baik.”
“Oh, ya ampun. Boyle sebenarnya bukan orang seperti kita, tapi kau terus saja mengganggunya. Suatu hari nanti, Boyle akan menjadi awal mula kejatuhanmu.”
Cherie mengangkat wajahnya dengan sombong saat dia berkata, “Terserah kau saja!”
Whitney bertanya, “Apa yang akan kau lakukan sekarang karena kau tidak punya ponsel?”
“Aku sudah menyiapkannya. Aku masih punya tablet.”
…
Saat Boyle pulang ke rumah, ponsel di ranselnya mulai berdering.
Tapi, ponselnya ada di meja.
Saat dia membuka ranselnya, layar ponsel itu menunjukkan kalau ada telepon dari Tyler.
Dia mengernyitkan dahinya setelah mengeluarkan ponsel itu dari ranselnya karena ponsel itu terus saja berdering. Dia tidak bisa mematikan telepon, jadi dia memutuskan untuk mengangkatnya.
“Apa kau sibuk akhir-akhir ini, Jelly Bean? Kenapa kau tidak membalas pesanku?”
Ini pasti ponsel Cherie karena Boyle ingat nama akun Facebook Cherie adalah ‘Little Jelly Bean dari Keluarga Fudd’.
Boyle menjawab, “Aku bukan Cherie.”
Saat Tyler mendengar suara pria, dia langsung waspada saat dia bertanya, “Siapa kau? Kenapa ponsel Cherie ada bersamamu?”
“Dia tidak sengaja meninggalkannya denganku. Besok aku akan mengembalikan ponsel ini kepadanya saat di kampus.”
Setelah menutup telepon itu, Boyle menampar dahinya sambil menatap ponsel.
Tidak butuh waktu lama baginya untuk menerima pesan.
Hei Boyle, aku rasa aku meninggalkan ponselku denganmu. Apa kau melihatnya saat makan siang tadi?
Awalnya Boyle ingin mengetik, ‘Ponselmu ada padaku’. Tapi, dia menghapusnya dan mengetik pesan baru.
Tidak.
Cherie yang menggunakan tablet merasa bingung saat dia bertanya-tanya apa Boyle tidak memeriksa ranselnya atau tembakannya meleset saat dia memasukkan ponselnya ke ransel Boyle.
Cherie melanjutkan. Apa kau yakin tidak melihatnya?
Sekitar satu menit kemudian, dia membalas. Memangnya ponselmu punya kaki?
Cherie merasa bingung.
Ponselmu ada di ransel ku.
Cherie berpura-pura tidak mengerti maksud Boyle.