Bab 786 Menginap Di Rumahnya
’Lonely Chainsaw Man’ adalah film yang terakhir diputar. Film itu bergenre horor yang mengerikan.
Tapi, karena tidak ada film bagus yang ditayangkan akhir-akhir ini, jadi Cherie memutuskan untuk menonton film itu.
Boyle merasa sedikit terkejut karena dia tidak menyangka gadis mungil seperti Cherie akan menonton film horor.
Boyle tidak keberatan. Tapi, satu-satunya yang membuatnya khawatir, Cherie akan berteriak sekuat tenaga saat berada di dalam teater.
Verian sering membawa Cherie untuk menonton film bersamanya saat Cherie masih kecil. Mereka biasanya berbagi popcorn dan soda, jadi seperti biasanya, Cherie membeli berondong jagung dan soda untuk menonton film.
Tapi, setelah melirik ke arah popcorn, dia ingat apa yang Natalie katakan padanya tadi.
Keluarga Boyle sangat miskin dan dia pernah bekerja di empat tempat dalam sehari.
Karena popcorn dan soda adalah makanan cepat saji, Cherie memutuskan untuk tidak membelinya.
Dia tidak pernah menyangka kalau dia akan menghemat popcorn dan soda untuk orang asing yang baru saja dia kenal.
Boyle menyerahkan tiket film sebelum filmnya dimulai. Dia berkata, “Kau masuk saja lebih dulu. Aku akan menyusul sebentar lagi.”
Cherie kira Boyle hanya akan pergi ke toilet, jadi dia menganggukkan kepalanya dan masuk lebih dulu.
…
Boyle masuk dan duduk di samping Cherie tak lama setelah gadis itu duduk.
Pria itu memberinya satu ember besar berondong jagung dan soda.
Cherie tersenyum di bawah cahaya redup saat dia membenamkan tangannya yang mungil ke dalam ember berondong jagung.
Kriuk, kriuk.
Boyle bisa mendengar suara dari gadis di sebelahnya sedang mengunyah popcorn.
Meskipun dia selalu suka kesunyian, suara kunyahan berondong jagung tidak mengganggunya. Nyatanya, dia mengangkat alisnya saat dia mendengar suara itu.
Tidak butuh lama untuk film horor itu mencapai klimaksnya.
Karena teater benar-benar gelap, efek suara yang tidak menyenangkan yang diputar melalui pengeras suara membuat adegan mengagetkan yang akan muncul di layar menjadi semakin menakutkan.
Jantung Cherie berdegup kencang.
Meskipun dia takut menonton film horor seperti ini, dia tetap senang untuk menontonnya.
Cherie tanpa sadar mendekatkan dirinya ke arah Boyle saat dia merasa sangat ketakutan, dia bahkan tidak berani lagi memakan berondong jagungnya.
Di sisi lain, Boyle merasa bosan saat menonton film. Dia menjadi semakin tidak sabar saat dia melirik ke jam dalam kegelapan untuk melihat jam berapa saat itu. Sudah jam 11 malam.
Biasanya, dia sedang bekerja saat ini – menganalisis perkembangan pasar saham sepanjang hari.
Tiba-tiba adegan yang mengagetkan muncul di layar, membuat takut semua orang yang sedang menonton.
Cherie meraih lengan Boyle, membenamkan wajahnya yang mungil di sana.
Boyle tertegun saat dia menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Cherie yang ketakutan. Dia tersenyum dengan wajahnya yang serius dan berkata, “Kenapa kau memilih untuk film horor saat kau takut untuk menontonnya?”
Cherie menggembungkan pipinya, mengangkat kepalanya saat dia menjawab dengan percaya diri, “Aku tidak takut. Aku hanya terkejut dengan adegan yang mengagetkan tadi!”
Begitu dia menyelesaikan kalimatnya, adegan mengagetkan lainnya muncul di layar, membuat Cherie berteriak sekuat tenaga sambil memeluk leher Boyle.
Boyle semakin menyeringai saat dia berkata, “Apa kau terkejut lagi?”
Cherie bertanya pada Boyle, “… Apa ada adegan mengagetkan lagi?”
Dia sangat ketakutan, sampai dia menanyakan hal itu dengan manja.
Dia bahkan tidak berani melihat ke layar.
Boyle menepuk punggung Cherie untuk mengisyaratkan wanita itu bisa melihat ke layar sekarang.
Begitu Cherie mengangkat kepalanya, Boyle menunduk pada saat yang bersamaan. Ini membuat Cherie menyentuh jakun Boyle dengan bibir tipisnya.
Entah bagaimana, perasaan cinta dan kasih sayang yang kuat muncul di teater yang gelap.
Untung saja lampu di teater redup, kalau tidak, Boyle tidak mungkin tidak melihat wajah Cherie yang tersipu.
Saat Boyle menatap ke layar, sepertinya tatapan pria itu tidak lagi terlihat mengancam saat pupil matanya membesar dan tenggorokannya tercekat.
Boyle menahan nafsu yang sangat kuat dalam dirinya.
Film horor yang dimulai jam 10 itu berakhir sekitar jam 12 tengah malam.
Cherie menerima pesan dari Mandy saat mereka keluar dari bioskop.
Semua teman sekamarnya bertanya ada di mana dia.
‘Oh, tidak. Penjaga asrama pasti sedang melakukan inspeksi sekarang.’
Saat mereka sampai di pintu keluar bioskop, Cherie berseru dengan panik, “Aku harus kembali ke asrama!”
Boyle melihat jam dan sudah jam 12.05. Dia bilang, “Asrama pasti sudah dikunci sekarang.”
“… Aku akan tidur di hotel kalau begitu!”
Boyle berkata, “Apa kau membawa kartu identitasmu?”
“… Tidak.”
‘Sialan,’ pikir Cherie. ‘Aku tidak bisa tidur di hotel tanpa kartu identitas.’
Boyle menaiki sepedanya dan berkata, “Naiklah.”
Sepeda Boyle tidak memiliki kursi belakang karena sepeda itu adalah sepeda gunung. Hanya ada satu bangku untuk pengemudi.
Karena bioskop itu sangat dekat dengan kampus mereka, tadi mereka berjalan kaki ke bioskop sambil Boyle mendorong sepedanya ke sini.
Boyle mengernyitkan dahinya saat menyadari Cherie tidak bergerak sedikitpun. Karena dia tidak mau terlalu banyak menghabiskan waktu, dia langsung memegang tangan Cherie sambil menggerakkan sepedanya saat dia mengangkat Cherie dan mendudukkannya di rangka sepeda.
Cherie tidak bisa berkata-kata.
Suara pria yang dingin dan dalam bisa terdengar dari atas kepalanya, “Duduk diam dan jangan bergerak-gerak.”
Cherie masih tidak merespon.
Dia hanya melihat ayahnya bertingkah sangat tidak masuk akal terhadap Monty dan tidak pernah melihat pria lain seperti itu.
Boyle mengendarai sepedanya dengan sangat mulus.
Cherie merasa aman saat dia dilindungi dalam pelukan Boyle.
Kenyataannya adalah, mereka berdua tidak terlalu dekat satu sama lain dan hanya saling mengenal selama dua hari. Tapi sekarang, Cherie sudah bersama Boyle saat tengah malam.
“Ke mana kau akan membawaku?”
“Ke rumahku.”
Cherie tidak bisa berkata-kata saat sudut mulutnya berkedut.
…
Mereka sampai di rumah Boyle atau lebih tepatnya, rumah yang dia sewa bersama dengan Hector.
Rumah itu memiliki satu ruang tamu dan dua kamar tidur.
Hector sudah tidur di kamarnya karena pintu kamarnya terkunci.
Cherie bertingkah sangat hati-hati saat dia sampai di rumah orang asing.
Boyle mengangkat dagunya dan memberi isyarat pada Cherie untuk tidur di kamarnya saat dia berkata, “Kau bisa tidur di sini malam ini. Bertahanlah untuk satu malam.”
Cherie tanpa sadar bertanya, “Kau akan tidur di mana?”
“Di sofa.”
Suasana langsung berubah canggung.
Cherie berkata, “Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu, jadi kenapa tidak aku saja yang tidur di sofa?”
Boyle menatap Cherie dan berkata, “Aku tidak mau Hector melihat wanita asing tidur di sofa saat dia bangun besok. Dia bisa saja akan berteriak seperti orang gila.”
Hector tidak akan membiarkannya setelah itu.
Boyle tidak mau memberi kesempatan pada Hector untuk bertemu dengan Cherie besok pagi.
Cherie hanya menjawab ‘oke’ sebelum berkata, “Kalau begitu… aku tidur ya.”
Dia memutuskan untuk tidak mandi malam ini atau berganti baju. Dia memutuskan untuk tidur sepanjang malam dikelilingi oleh bau busuknya dan hanya akan mandi ketika dia kembali ke asramanya besok pagi.
Boyle memanggilnya.
Cherie berbalik untuk menatap Boyle dengan ragu saat dia bertanya, “Ada apa lagi?”
Boyle menatap Cherie dengan tajam saat mereka berdiri berjauhan. Dia tiba-tiba bertanya, “Kenapa kau menolongku saat itu?”
“Aku tidak tahan melihat orang lain diganggu!”
Boyle tersenyum dengan lembut setelah mendengar jawaban Cherie. “Apa kau tidak takut melewati batas hanya demi aku?”
Cherie mencibirkan bibirnya dan menjawab dengan santai, “Tidak. Ayolah, mereka tidak mungkin memukulku, ‘kan? Lagipula, bukankah mereka yang salah sejak awal?”
“Masuk ke kamar dan tidurlah.”
Cherie tidak bisa berkata-kata.
Cherie berbalik dan masuk ke dalam kamar. Tapi, dia berbalik lagi dan bersandar di pintu setelah beberapa saat dan menatap Boyle dengan tajam dan berkata, “Jika mereka benar-benar menyimpan dendam dan kau melihatku diganggu oleh mereka lain kali, kau harus membelaku, ya? Aku adalah penyelamatmu, kau tahu.”
“Aku kira kau tadi bilang kalau kau tidak takut?” Boyle bertanya padanya.
Cherie menyentuh pintu saat dia mengernyitkan dahinya sebelum berkata, “Ini ibu kota dan aku tidak ada di rumahku sendiri. Jika aku diganggu oleh orang lain di sini, orang tuaku tidak bisa menyelamatkanku tepat waktu. Karena itu, aku harus waspada dan berhati-hati, kau tahu.”
‘Berhati-hati?’
Jika dia benar-benar berhati-hati, lalu kenapa dia setuju untuk menginap di rumah pria yang baru saja dia kenal selama dua hari?
Boyle tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berkata padanya, “Jangan langsung setuju untuk menginap di rumah pria manapun lagi nanti.”
Pengingat ini juga terdengar seperti peringatan.
Saat Cherie bersandar di pintu, dia menjawab dengan patuh, “Baiklah.” Tapi, dia juga membantah Boyle setelah itu, “Tapi kau tidak memberiku kesempatan untuk menolakmu sejak awal.”
Boyle yang sudah mengangkat dirinya ke sepedanya seperti ingin menculiknya! Bukan dia yang tidak ingin kembali ke tempatnya sendiri!
Boyle menatap wanita yang berdiri di depan pintu dengan tatapan tenang dan berkata, “Aku tidak akan melakukan apa pun kepadamu.”
“Kenapa? Bagaimana jika kau tiba-tiba memiliki motif tersembunyi nantinya!”
Cherie memeluk tubuhnya erat-erat saat dia mengatakan itu meskipun faktanya Boyle tidak tampak seperti pria yang memiliki motif tersembunyi dalam pikirannya.
Boyle langsung menjawab, “Kau terlalu liar dan bukan tipeku.”
Cherie tidak bisa berkata-kata.
Bagaimana bisa pria itu menganggapnya liar dan apa artinya itu? Boyle mestinya tahu kalau dia wanita yang cukup ‘menggiurkan’.
Cherie menatap Boyle dengan kesal sambil berdiri di depan pintu saat dia berpikir dalam hati, ‘Hmph, kau buta!’
Setelah Boyle melihat Cherie berbalik menuju kamar dan menutup pintu, dia berbaring di sofa sambil menyandarkan kepalanya di tangan.
Pria itu tersenyum setelah menutup matanya.
Rasanya cukup aneh dilindungi oleh seorang wanita yang lemah. Hatinya terasa seperti seember air panas dituangkan ke dalamnya. Rasanya tidak hangat, juga tidak nyaman. Dia sedikit menentang perasaan itu tapi masih merasa sedikit tersentuh.
Boyle tidak pernah menyangka di balik keras kepalanya Cherie, dia adalah gadis muda yang lugu dan polos.
…
Cherie bangun sangat awal keesokan paginya.
Ketika dia melihat jam, waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi.
Dia merasa lelah tapi karena ini di rumah Boyle dan dia harus segera meninggalkan tempat ini untuk mencegah teman sekamar Boyle salah paham dengan situasi di antara mereka berdua.
Begitu dia bangun dan membuka pintu, dia bisa melihat Boyle yang sedang duduk di ruang tamu. Pria itu sedang menatap tablet dan ada banyak indikator berwarna merah dan hijau yang muncul di layar. Sepertinya dia melihat pasar saham.
‘Ya Tuhan, seseorang yang lebih gila kerja dibanding ayahku? Dia sedang mempelajari pergerakan pasar saham sepagi ini?’
Cherie menggaruk belakang kepalanya saat masih merasa cukup pusing. Dia bertanya pada Boyle, “Kenapa kau bangun sangat pagi?”
Boyle bangun dan menuang air ke dalam gelas saat dia berkata, “Aku sudah terbiasa. Jauh lebih baik belajar mengenai hal ini pagi-pagi sekali.”
Kemudian Boyle memberikan gelas itu pada Cherie. Cherie menerimanya sebelum mengacungkan jempol pada pria itu dan berkata, “Tuan, aku menghormatimu. Kau benar-benar bisa menganalisis hal seperti ini pagi-pagi sekali. Yang ada di pikiranku saat ini hanyalah tidur!”
Boyle mengantar Cherie kembali ke asrama setelah itu.
…
Setelah beberapa hari berturut-turut, Boyle tidak pernah menghubunginya lagi.
Entah kenapa Cherie merasa sedikit sedih saat dia memegang ponselnya dan memeriksa pesan Facebook sesekali.
Whitney menggodanya saat makan siang, “Lihat betapa bodohnya dirimu! Ya ampun, kau pergi menonton film horor di tengah malam bersama Boyle? Oh, Cherie, kenapa aku tidak pernah sadar betapa tidak kompetennya dirimu saat berkencan dulu?”
“Siapa yang akan menggunakan otak mereka saat sedang berkencan? Orang-orang biasanya berkencan sesuai dengan apa yang mereka rasakan. Siapa yang menyangka kalau dia akan setuju begitu saja?”
Saat Whitney menatap Cherie yang sedang terlihat sedih, dia berkata padanya, “Kau tidak mau berkencan dengannya dulu dan sekarang, kau benar-benar menempel pada ponselmu. Lihat betapa tersesatnya dirimu. Apa kau benar-benar menyukainya sekarang?”
Cherie selalu blak-blakan sejak masih kecil, jadi dia mencibirkan bibirnya dan berkata, “Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh menyukai dia? Apa dia bahkan punya kekasih saat ini?”
“Tentu saja kau bisa menyukainya! Aku sangat mendukung mu! Secara emosional dan fisik!”
Mata Cherie berbinar saat dia mendengar ucapan Whitney dan bertanya, “Bagaimana kau akan mendukungku secara fisik?”
Whitney memberi isyarat, “Aku ahli dalam menipu orang! Kenapa kita tidak melakukan itu saja!”
Cherie benar-benar kehabisan kata-kata saat dia berseru, “Ide bodoh macam apa yang ada di pikiranmu? Aku rasa sebelum kau sukses mendekati Boyle, dia sudah mencampakkanmu lebih dulu!”
“Oh, kau tahu apa! Aku tahu banyak rahasia dalam mendekati para pria! Aku tahu kalau Boyle adalah tipe yang penuh dengan nafsu! Semakin dia menolakmu, semakin dia diam-diam menyukaimu!”