NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Legenda Raja SerigalaLegenda Raja Serigala
Oleh: NovelRead

Bab 200

"Huhu ... " Semua orang terkejut dan mundur dua langkah. Ada yang tercengang. Ada yang ketakutan setengah mati. Ada yang menelan ludah. ... Kemudian, semua orang secara bersamaan memalingkan kepala ke pintu masuk. Di sana, Teguh dan Bayangan berjalan masuk dengan perlahan. "Yogi Yulianto ... " Ekspresi Teguh dingin seperti es, tanpa sedikit pun hawa kemanusiaan. "Puas dengan hadiah ini?" Hadiah? Para orang berkuasa yang hadir merinding. Wafa Judistia segera menarik diri dan langsung bersembunyi di balik kerumunan, takut Teguh melihatnya. Ini Raja Serigala yang sebenarnya! Yogi panik seketika. Samang ... Tampangnya memang jelek, tetapi kekuatannya setangguh ahli bela diri yang sudah berbakat sejak lahir! Tapi siapa sangka, Samang yang begitu kuat, ternyata dibunuh dan disiksa tanpa ampun oleh Teguh sampai mati ... Sebenarnya seberapa hebat Teguh Laksmana? "Pengawal!" Sambil melangkah mundur, Yogi dengan cemas memanggil pengawalnya. "Cepat, di mana pasukan pengawal Keluarga Yulianto?" "Tidak usah panggil lagi." Teguh berkata dengan datar, bahkan dengan sedikit menyindir. "Pengawal keluarga Yulianto terlalu lemah, dalam waktu lima menit saja, mereka sudah dihabisi oleh Bayangan." Yogi langsung membeku. Para pengawal yang bisa mendampinginya ... Semuanya dipilih dengan cermat. Bisa dikatakan dengan pasti, bukan masalah besar bagi setiap pengawalnya untuk mengalahkan sepuluh orang berbadan besar sekaligus. Tapi para pengawalnya malah dibereskan oleh orang yang berdiri di sebelah Teguh? Sialan ... Siapa sebenarnya dua orang ini sampai bisa sekuat itu. "Pang!" Pada detik berikutnya, Yogi berdiri dengan punggung menempel di dinding, tidak bisa melangkah mundur lagi. "Pak Tua, jangan melawan lagi." Bayangan tersenyum dingin, lalu berjalan mendekat dan menekan pisau di leher Yogi. "Aku tidak terlalu pandai mengendalikan tanganku, jangan sampai kulitmu terluka dan kamu yang menderita nanti." Yogi tidak berani berbicara, juga tidak berani bergerak. Sedangkan para penguasa ... Ketika melihat kepala Samang, semuanya menjadi bisu, bahkan tidak berani bernapas, apalagi berdiri untuk membantu. "Aku memberimu satu kesempatan untuk hidup." Teguh berjalan ke depan Yogi, suaranya dingin seperti sedang menjatuhkan hukuman. "Katakanlah, katakanlah!" Yogi paling takut mati, dan sekarang dia diberi kesempatan untuk hidup, tentu saja dia akan menggenggam kesempatan itu dengan erat-erat, "Selama Anda bersedia melepaskan saya, saya akan melakukan apa pun yang Anda ingin saya lakukan!" Seperti peribahasa 'Selama masih ada bukit yang hijau, pohon bisa ditanam dan kayu bakar bisa dibakar', yang artinya selama hal-hal mendasar masih ada, maka tidak ada rasa takut akan kegagalan di kemudian hari. Selama dia bisa lolos dari situasi ini dalam keadaan hidup, di masa depan akan ada kesempatan untuk membalas dendam. "Bukankah Keluarga Yulianto konglomerat besar ... " Teguh menatap wajah Yogi dengan senyuman jahil, "Malam ini kita akan bermain permainan 'membeli nyawa dengan uang'." Yogi langsung merasa lega. Ternyata demi uang. Baguslah. "Saya keluar, saya keluar seratus miliar!" Yogi mengacungkan satu jari. "Swuuush!" Belum selesai bicara. Bayangan langsung memotong jarinya itu, tapi dengan wajah tersenyum dia berkata, "Pak Yogi, ternyata nyawamu hanya senilai satu miliar?" "Aduh ... " "Aku, aku, tanganku ... " Yogi sudah kesakitan setengah mati dari tadi dan hampir pingsan. Di dahinya, tetesan keringat sebesar kacang terus mengalir tanpa henti. Tetapi di hadapan hidup mati seperti ini, meskipun pikirannya masih sangat jernih, dia hanya bisa menggertakkan giginya dengan kuat menahan sakit dan bertanya dengan rendah hati, "Katakan, kalian butuh berapa banyak?" "200 triliun." "Tidak akan sulit bagi Anda, 'kan?" Suara Teguh terdengar jelas oleh semua orang.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.