NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 6

"Kalian keluar dan cari beberapa serangga, apa saja, kecoak, ngengat, ulat, makin banyak makin baik." Bu Hilda mulai memberi perintah pada para pelayan. "Dan juga tikus, harus ditangkap hidup-hidup. Fabian paling takut dengan hewan itu." Pak Harlan menambahkan. Tubuh Fabian bergetar hebat, ingatan yang selama ini terkubur tiba-tiba kembali muncul. Dulu, setiap kali pemilik tubuh ini sedikit saja tidak menuruti ayah dan ibunya, mereka akan memukulinya tanpa ampun. Lalu, mereka akan menangkap berbagai makhluk menjijikkan dan menyumpalkannya ke dalam mulutnya. Setelah disiksa seperti itu berulang kali, pemilik tubuh ini menjadi sangat penurut. Sulit dipercaya, ada orang tua di dunia ini yang begitu pilih kasih dan kejam. Para pelayan tampak serbasalah. "Rumah ini sangat bersih, susah sekali menemukan makhluk seperti itu ... " Namun, Mirna langsung menanggapi penuh semangat, "Kalau begitu cari ke luar. Sekalipun merepotkan, harus ditemukan." Tatapan mata Felix penuh dengan kegembiraan dan kebencian. Dia mendekat ke arah Mirna. "Mirna, kamu memang baik banget sama aku." Beberapa orang di hadapannya tampak kompak dan bersatu dalam membenci. Fabian tiba-tiba sadar, semua ini tidak ada gunanya. Naskah itu awalnya diadaptasi dari kisah cintanya dengan Mirna. Namun, dia tidak bisa lagi membohongi diri sendiri. Sekalipun Mirna memiliki 99 poin rasa suka padanya, dia tetap hanyalah pengganti yang tidak ada harganya. Kisah cinta yang dulu milik mereka berdua sudah lama hancur tak bersisa. Naskah yang gagal, wanita yang tidak layak, dia tidak menginginkannya lagi. Di dunia ini, dia sendirian. Daripada terus menderita dan dipaksa tunduk oleh mereka, lebih baik melepaskan segalanya. "Aku setuju." Fabian akhirnya buka suara. Seharusnya semua senang, tetapi Felix masih belum puas. "Fabian, tadi kamu bilang naskah itu seperti anak sendiri. Tapi, sekarang kamu menyerah begitu saja, jangan-jangan kamu ada niat buruk?" Mirna pun memperingatkan, "Kalau kamu punya rencana, lebih baik diungkapkan sekarang. Jangan main belakang lagi." Sungguh sangat keterlaluan. Namun, Fabian tiba-tiba teringat surat perjanjian cerai yang belum sempat ditandatangani, dan muncul sebuah ide. "Tentu saja aku punya syarat. Kalian mau mengambil hasil kerja kerasku, maka harus ada gantinya." Dia langsung menyebutkan daftar panjang properti dan ruko, lalu bertanya pada Mirna, "Kamu kan sangat peduli pada kakak kesayanganku ini, pakai sedikit aset untuk ditukar dengan naskah kesukaannya, kamu nggak bakal keberatan, 'kan?" Satu kalimat itu berhasil menekan keraguan Mirna. "Tentu saja nggak keberatan. Selama bisa diselesaikan dengan uang, itu bukan masalah." Dengan satu panggilan telepon dari Mirna, sekretarisnya segera datang membawa setumpuk dokumen perjanjian transfer aset. Fabian langsung menyambut dan menerima dokumen itu, diam-diam menyelipkan surat cerai ke dalam tumpukan tersebut. Saat Mirna hendak menandatanganinya, hati Felix terasa remuk. "Mirna, menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk satu naskah, nggak sepadan ... " Penilaian positif terhadap naskah itu cuma alasan. Tujuan utamanya hanyalah mengambil milik Fabian. Felix tidak menyangka Mirna dengan begitu mudah menyerahkan aset bernilai ratusan miliar. Kalau tahu harganya sebesar ini, dia tidak akan bersikeras merebutnya. Namun, Mirna justru salah paham. Dia menepuk dada Felix dan berkata, "Bodoh, tentu saja layak. Asal Fay bahagia, semua layak." Satu per satu, dia mulai menandatangani perjanjian. Saat hampir tiba di surat cerai, jantung Fabian agak berdebar. Tepat saat itu, Mirna mendongak. Dia melihat ekspresi gugup di wajah Fabian. Perasaan aneh itu muncul lagi, bahkan membuatnya panik tanpa alasan. Seolah-olah, setelah tanda tangan itu selesai, dia akan kehilangan sesuatu. Dia membalik satu halaman ke belakang, secara naluriah ingin memeriksa isinya.

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.