Bab 15 Mari Kita Bercerai
Juvent menggendong wanita yang hampir tak bernyawa di pelukannya, berdiri di depan pintu utama.
Wanita itu begitu ringan, seperti bisa terbang kapan saja.
Berbagai luka dan memar terpapar di depan mata Juvent.
Meski Juvent sudah memanggil berkali-kali, tetap tidak ada respons sama sekali.
Melihat wajah Gisella yang pucat pasi, Juvent merasakan kepanikan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
Awalnya, Juvent mengira hatinya sudah seperti sumur kering, tidak akan ada gejolak lagi. Akan tetapi, ternyata dia meremehkan hatinya sendiri.
Hatinya tetap bisa sakit melihat nyawa Gisella berada di ujung tanduk.
Mobil ambulans tak kunjung datang setelah sekian lama. Juvent mengumpat dengan marah: "Mana mobilnya?"
Karen bergidik ketakutan. Untungnya, terdengar bunyi sirene. Ambulans sudah tiba.
Di rumah sakit ....
Di atas tempat tidur terbaring tubuh kurus dengan perban.
Melihat Juvent datang menjenguk lagi, Shinta segera menghampirinya.
Di tepi tempat tidur, Juvent memandang wajah Gisella seraya

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda