Bab 18
Beberapa hari kemudian, ibu Melisa meninggal dunia.
Saat upacara pemakaman, Melisa sama sekali tidak meneteskan air mata. Namun, dalam perjalanan pulang, dia tiba-tiba meminta sopir menghentikan mobil, lalu berlari ke pinggir jalan dan menangis sejadi-jadinya, seolah semua perasaan yang terpendam akhirnya meledak.
Yehuda segera turun dari mobil, berniat menyelimutinya dengan mantel. Namun sebelum tangannya sempat menyentuhnya, Juna dengan cepat menahan gerakannya.
Dia merasa Yehuda terlalu memperhatikan istrinya. Sebagai suami, dia tentu saja wajar mendampingi Melisa pulang ke kampung halamannya saat ibunya sakit keras. Tapi Yehuda? Seorang kerabat jauh yang tak ada kaitan langsung, justru rela membatalkan beberapa urusan bisnis besar demi ikut pulang bersama mereka.
Juna tak bisa menahan kecurigaan. Dia merasa Yehuda menyimpan perasaan yang tidak seharusnya terhadap Melisa. Saat ini, dia menatap pamannya itu dengan dingin dan penuh kewaspadaan. "Dia istriku, biar aku yang urus. Paman

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda