Bab 219
Myria menunduk dan menatap tangan pria itu. Tangan pria itu panjang, ruas-ruasnya jelas, urat di punggung tangan tampak menonjol. Tangan Yavin memang sangat dingin.
Yavin menunduk lagi.
Yavin menempelkan pipinya ke pipi wanita itu, sementara dagunya bersandar di bahu wanita itu.
Kulit mereka bersentuhan, sebuah tindakan penuh keintiman.
Seluruh tubuh Myria bergetar seketika.
Dia ingin memalingkan wajah.
"Wajahku juga dingin." Suara pria itu parau. Saat berbicara, bibir tipisnya menyentuh leher Myria, sehingga embusan napasnya terasa. Pipi pria itu memang dingin. Wajah mereka yang panas dan dingin membuat Myria merasa tidak nyaman, tetapi dia tidak bergerak.
Wajah Yavin seperti magnet.
Mau bergerak pun percuma.
Pria itu akan mendekat lagi.
Ketika perawat lewat, barulah Myria mendorongnya.
...
Sepanjang pagi itu, Myria mengurus administrasi, tes darah, dan menjalani berbagai pemeriksaan.
Sekitar pukul sebelas, Myria sedang berdiskusi dengan Dokter Jarot mengenai rencana operasi neneknya.

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda