NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2051 Serahkan Buku-Buku Itu

"Tyr, kau harus percaya padaku," Lydia menarik napasnya dalam-dalam dan berkata dengan nada yang sangat serius dan wajah yang muram. "Hanya dengan menyerahkan buku-buku itu padaku maka kau akan berhasil memasuki alam Dewa.” Tyr menoleh dan melirik ke arah Xavion. Sepupunya menjawab sambil menggelengkan kepalanya. Tyr kemudian berbalik menghadap Magus, dan Max yang berdiri di sampingnya. Keduanya tetap terdiam, tetapi Tyr tahu dari raut wajah mereka bahwa mereka jelas tidak setuju saat dia diminta untuk menyerahkan buku-buku itu kepada Lydia. Namun, di dalam hatinya, Tyr merasa ragu-ragu. Menurut perhitungan di atas kertas, meskipun Tyr bukan lawan yang tepat dari Ulricus, bagaimanapun dia harus menyimpan buku-buku itu. dan mungkin saja keajaiban akan terjadi. Tyr telah melakukan terlalu banyak keajaiban sepanjang perjalanannya. Mungkin Itu karena kepercayaan yang dia miliki pada ibunya bahwa ide untuk menyerahkan buku-buku itu kepada Lydia telah muncul didalam benak Tyr saat ini. Bahkan Magus dan Xavion, yang bersiap untuk terlibat dalam pertempuran kapan saja, sedang menunggu keputusan akhir dari Tyr. Sedangkan Tyr masih tetap terdiam sepanjang waktu. Apa yang dia pikirkan saat ini adalah sebuah misteri. Tyr meminta Lydia untuk minggir dan berbicara dengannya yang berlangsung selama beberapa waktu. Setelah itu, tubuh Tyr tiba-tiba telah ditutupi dengan lapisan emas. energi vitalitas. Sesaat kemudian, empat buku yang berada didalam tubuhnya seketika keluar. "Tyr!" Melihat hal ini, ekspresi Xavion dan Magus seketika berubah menjadi drastis. Tanpa sadar, semuanya bergegas menuju ke arah Tyr. Ketika Tyr menoleh untuk menghentikan Xavion dan Magus, wajahnya tampak sungguh serius. Empat buku sihir yang menyelimuti tubuh Tyr telah terbang ke arah Lydia. Dia mengambil buku-buku yang ada di tangannya dan memasukkannya ke dalam relik spasial khusus. Energi vitalitas yang telah menyelimuti tubuh Tyr kini telah menghilang. Lydia berjalan ke arah Tyr. Dia mengulurkan telapak tangannya dan dengan lembut membelai dahi Tyr. Tyr merasakan arus hangat mulai mengalir ke seluruh tubuhnya. "Percayalah padaku, Nak!" Akhirnya, ketika Lydia memanggilnya putranya, Tyr menangis. Tanpa sadar, dia ingin segera mengulurkan tangannya dan meraih tangan ibunya. Namun, saat dia mengulurkan tangannya, Lydia memutar tubuhnya dengan cepat dan bergegas menuju ke arah kursi yang terbuat dari kabut berwarna kuning. Lydia melompat ke atas kursi tandu. Keempatnya dengan cepat bergerak membawanya pergi. "Bu!" Tyr tertegun selama dua detik sebelum dia mulai mengejar mereka. Setelah dibawa pergi oleh para zombie-zombie itu dan tidak lagi berada di barisannya. Penglihatannya mulai kabur. Kabut tebal menghilang. Tidak ada apa pun penghalang di depan matanya seolah-olah Lydia tidak pernah muncul disana. Tyr mencoba untuk mengalihkan pandangannya ke depan, tertegun. Dan tampak kosong. "Tyr, apakah kau sudah memberikan buku-buku itu padanya? Mengapa kau melakukan hal itu?" Ketika Xavion berjalan ke arahnya, dia terdengar sedikit cemas. "Mungkin dia bisa memanfaatkanmu!" "Tidak, aku percaya padanya," jawab Tyr. "Hanya karena dia memanggilmu sebagai putranya?" Xavion hanya bisa sedikit mengernyit. "Aku bertanya padanya, apakah kau ingat pohon beringin yang dulu tumbuh di tengah halaman rumah kita?" Xavion terkejut. Wajah Tyr tersenyum senang. Dia masih ingat saat dia masih kecil dan bagaimana setiap harinya keluarga kecil ini berkumpul di halaman di bawah pohon beringin untuk berbincang dengan santai. Masa kecil yang dia rasakan sungguh masa yang paling bahagia. Belakangan, keluarga mulai mengalami beberapa perubahan. Tyr dipandang sebagai malapetaka karena ketidakmampuan dari sang ayah. Dia memiliki banyak sekali kesulitan, hingga membuatnya sering mengunjungi pohon beringin yang berada di halaman rumah, mengingat bayangan tentang ibunya, dan mengenang saat-saat singkat yang terjadi di masa lalu yang sangat menyenangkan. Tyr tidak mungkin melupakan semua ini. Draco juga tidak bisa melupakannya. Jika Lydia mengingat kembali ingatannya, dia juga tidak bisa melupakannya. "Jadi, rupanya dia masih mengingat semuanya?" tanya Xavion. "Dia telah melakukannya. Aku tidak mungkin salah tentang perasaan itu." Tyr menarik napasnya dalam-dalam dan menjelaskan, “Ibuku benar. Sekarang, aku tidak bisa menandingi kekuatan Ulricus. Aku tidak bisa menjadi Dewa bahkan jika aku tidak memberinya buku-buku itu.” “Akan lebih baik bagiku untuk dapat mempercayainya dan mengikuti instruksinya daripada membiarkan semuanya terjadi." "Xavion, sepertinya ada yang tidak beres. Sepertinya dia telah mengucapkan selamat tinggal padaku ketika dia pergi tadi." "Sekarang bukan waktunya untuk berpikir macam-macam," jawab Xavion. Ikuti saja perintahnya setelah kau memberikan buku-buku itu. “Kau harus segera istirahat dan kembali ceria. Kami akan pergi ke sana ketika buku kelima itu telah muncul." "Oke." Memiliki altar besar yang dibangun di salah satu bukitnya. Ulricus, yang mengenakan jubah berwarna hijau telah menurunkan rambutnya, duduk bersila di tengah altar. Disekitarnya banyak sekali bola aneh yang menari-nari dengan caranya yang aneh tentunya dengan pakaian yang berwarna cerah. Gargamel ada di antara mereka. Dia memimpin orang-orang ini untuk menari seolah-olah mereka sedang menyelesaikan sebuah ritual yang sangat kuno. Matahari sudah bergerak tinggi diatas langit, Puncak tanpa Angin sepertinya telah diliputi oleh panasnya terik matahari. Para zombie nampak membawa kursi tandu dan melompat ke arah Lokasi Puncak dengan kecepatan tinggi. Hingga keempatnya berhenti, dan Lydia keluar dari kursi tandu itu. Ulricus, yang duduk bersila di tengah altar, membuka kedua matanya, dan senyum tipis muncul di wajahnya ketika dia melihat ke arah Lydia. “Tidak perlu bersikap sopan. Apakah kau berhasil membawa buku-buku itu?" "Aku sudah membawa mereka." Suaranya terdengar jelas, Lydia mengeluarkan sebuah tempat relik dimana dia menyimpan buku-buku itu dan seketika muncul ketika cahaya berwarna keemasan tiba-tiba meletus dari dalam relik itu. Ulricus tidak tahan lagi. Dengan semangat, dia melompat berdiri dan berkata kepada Lydia, "Bagus sekali!" Ulricus melambaikan tangannya, dan buku-buku itu langsung berterbangan menuju ke arahnya hanya dalam sekejap. Dengan cepat dia berhasil menyingkirkan buku-buku itu. "Pria itu mulai memeriksa buku-buku sihir dengan seksama. Ulricus akhirnya membuka matanya lagi setelah tiga puluh menit kemudian, wajahnya tampak dipenuhi dengan kegembiraan dan sensasi yang menyenangkan. "The Fiery Lexicon, Song of the Empire, Shining Tome, Souleater Grimoire... Keempat buku itu ada di sini. Apa yang terjadi dengan pemilik buku sebelumnya?”

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.