Bab 1690 Tidak Perlu Membalas
"Ettore, kau tidak bisa bicara omong kosong tanpa bukti yang meyakinkan!" Jules mencoba untuk memberikan peringatan dengan ekspresi wajahnya yang serius.
Tyr dan Olympias saling bertukar pandang antara satu dengan yang lainnya. Mereka hampir saja mengetahui siapa sebenarnya dalang dari insiden yang terjadi saat ini.
Hampir dua puluh menit kemudian, sederet konvoi kendaraan mulai melaju ke arah mereka. Ketika konvoi itu berhenti, sejumlah besar orang, termasuk beberapa orang petugas medis, bergegas turun dari kendaraan.
Mereka semua adalah anggota keluarga White dan pengikut dari Jules.
Nama pemimpin rombongan itu adalah Quent White. Dia juga berasal dari garis keturunan keluarga White. Meskipun dia bukan salah satu anggota inti dari keluarga, namun garis keturunannya juga memiliki pengaruh yang besar. Yang dapat mengendalikan The Bulwark, sebuah organisasi menengah yang ada di dunia seni bela diri kuno.
Quent adalah sosok Transformasi dalam dirinya sendiri. Biasanya dia tidak tinggal di rumah keluarga White, tetapi ketika lelaki tua itu sedang mengalami sakit parah, maka dia kembali untuk merawat kondisinya.
"Tuan Jules, seberapa parah lukamu?"
Quent segera mendekati Jules setelah keluar dari kendaraannya. Meskipun luka Jules telah dibalut, namun darah terus saja mengalir darinya, yang saat itu merupakan pemandangan yang cukup mengerikan untuk dapat disaksikan.
"Aku baik-baik saja. Bawa Wynn segera ke rumah sakit,” ucap Jules sambil melambaikan tangannya. "Kalian semua bisa ikut aku untuk pulang."
"Tuan Jules, mengapa kau tidak pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisinya juga?" Quent mendesak dengan cemas.
"Aku tidak harus pergi ke rumah sakit untuk luka ringan seperti ini." jawab Jules sambil menggelengkan kepalanya. "Sejak kapan aku menjadi rapuh seperti sekarang ini?"
Jules hanya memutar tubuhnya lalu menatap ke arah Olympias dan juga Tyr. "Maaf, ini sangat memalukan!" katanya, dengan nada permintaan maafnya. "Aku tidak percaya jika hal semacam ini benar-benar terjadi bahkan sebelum kita berjalan melewati pintu."
Tyr berusaha untuk mengangkat bahunya, menunjukkan bahwa hal semacam ini dapat terjadi sepanjang waktu. Sedangkan Olympias, masih merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Jules. Bagaimanapun juga, dia memang mengambil pisau itu sebagai gantinya.
"Para pembunuh ini telah dikirim oleh Paman Ansel, bukan?" Setelah sekian lama, akhirnya Olympias berhasil menyebut nama Ansel.
"Oly, kita tidak boleh bicara tanpa memiliki bukti, apalagi berspekulasi," ucap Jules dengan wajahnya yang serius. “Keluarga kami telah membuat banyak musuh di dunia seni bela diri kuno sebagai Kredo dari Kerajaan Surgawi. Ada banyak sekali orang yang menginginkan kita untuk mati.”
"Sudah hampir dua puluh tahun!" Olympias mencibir. "Kepribadianmu tidak banyak berubah."
Rombongan itu segera kembali kedalam mobil dan menuju ke arah kediaman keluarga White yang berada di kaki Lereng Berkabut. Ketika iringan kendaraan itu tiba di kediaman keluarga, waktu sudah menunjukkan hampir jam tujuh malam.
Rombongan langsung berjalan menuju rumah Jules. Dia sudah menghubungi pihak keluarganya sebelumnya, meminta mereka untuk menyiapkan makan malam dan mengatur akomodasi untuk Tyr dan juga Olympias. Acara perjamuan awal harus segera dibatalkan karena luka cedera yang diderita oleh Jules.
Anggota keluarga lain yang berada di kediaman itu telah mengirim Tyr dan Olympias untuk segera kembali ke dalam kediaman yang telah mereka atur untuk tempat istirahat mereka setelah mereka menghabiskan santapan hidangannya. Itu adalah sebuah halaman rumah yang damai dan indah. Tyr dan Olympias berbagi halaman yang sama namun mereka tinggal di kamar yang terpisah.
Bulan bersinar terang di atas langit malam, dengan beberapa buah bintang tampak menghiasi langit. Malam yang mulai mendekati cuaca musim dingin.
Olympias tampak berdiri di halaman, menatap melalui pagar yang ada di hadapannya. Tyr bergerak mendekati dari belakang. Mau tak mau dia menyadari bahwa Olympias memang sedang menatap ke suatu arah dengan tatapan yang bingung.
Tyr tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya, "Apa yang sedang kau lihat?"
"Bos!"
Olympias menoleh ke arahnya dan memaksakan senyumnya yang canggung pada Tyr. Dia menunjuk ke salah satu bangunan yang ada di area tenggara, “Vila Silverwood terletak di daerah itu. Dulunya itu adalah rumahku.”
"Uh huh!" Tyr menjawab.
Dia bisa memahami suasana hati Olympias pada saat itu. Dia merasakan hal yang sama saat dia kembali ke keluarga Summers. Ketika Tyr menatap halaman tempat keluarga ketiga orang itu pernah tinggal, dia akan mengingat semua peristiwa yang pernah terjadi di sana. Lantunan musik telah berakhir, dan para tamu mulai meninggalkan ruangan satu persatu.
"Santai saja!" Tyr mulai menghela napasnya.
“Aku sudah mengakhirinya sejak lama,” jawab Olympias seraya tersenyum. “Istana Regal adalah rumahku yang sebenarnya.”
“Oly, kali ini keluargamu menginginkan kau untuk pulang,” Tyr menambahkan seraya tersenyum kecut. "Aku khawatir jika hal ini akan jauh lebih rumit daripada sekadar mengunjungi kakekmu yang sekarat."
"Aku mengerti." Olympias mulai menghela napasnya dalam-dalam dan menjawab, “Situasi yang ada di dalam Kredo memang sangat mirip dengan situasi yang terjadi di istana, di mana kekuasaan lebih penting daripada ikatan keluarga. Kakek ingin mewariskan posisi patriarki kepada ayahku ketika dia dalam keadaan sehat, tetapi begitu banyak peristiwa yang telah terjadi sejak saat itu. Tidak akan ada kedamaian di sini karena kakek mengalami sakit parah dan hampir saja mati.”
Tyr melanjutkan, “Hari ini kita telah bertemu dengan dengan para pembunuh berdarah dingin. Aku khawatir jika masalah ini tidak akan berhenti begitu saja. Malam ini tidak akan berakhir dengan damai.”
Mereka berbicara saat keduanya melihat keluar pada saat yang sama.
“Bos, menurutmu apa yang harus kita lakukan ketika masalah baru saja di mulai?”
Tyr hanya bisa tersenyum dan menjawab, “Ini adalah pertempuran yang terjadi dalam internal keluarga White. Ini tidak ada hubungannya dengan kita. Istirahatlah dengan baik dan besok kau harus pergi menemui kakekmu dalam kondisi yang terbaik.”
***
Pada saat yang sama, dalam ruang kerja Ansel.
Saat itu malam telah tiba, tetapi Ansel masih berada didalam ruang kerjanya untuk membaca. Hal yang paling dia benci sepanjang hidupnya adalah membaca. Akhir-akhir ini dia merasa kesal dan sepertinya dia tidak bisa menahan emosinya yang saat ini tengah bergejolak di dalam hatinya, jadi dia terpaksa tinggal di ruang belajar dan membaca buku untuk mengalihkan perhatiannya.
Saat itu, pintu ruang belajar di dorong hingga terbuka. Benoit tampak berdiri di depan pintu dengan ekspresi wajahnya yang jelek.
"Benoit, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ansel, sambil meletakkan buku yang ada di tangannya dengan wajahnya yang cemberut. "Apa yang telah membuatmu terjaga?"
"Ansel, apa kau tidak tahu kenapa aku ada di sini?"
"Bagaimana apanya?" Ekspresi wajah Ansel tampak berubah menjadi sebuah kebingungan.
"Apakah kau benar-benar bingung, atau kau memang pura-pura bingung?" Benoit tampak mengerutkan keningnya ketika dia melihat reaksi dari kakak laki-lakinya.
"Apa?" Ansel mulai bangkit dan berkata padanya, “Kau tahu, bahwa aku adalah orang yang sangat tegas. Jangan bertele-tele saat kau berbicara. Bagaimana apanya? Cepat dan jelaskan semuanya padaku!"
Benoit menjelaskan, “Hari ini, ketika Jules membawa Olympias kembali ke keluarganya, dia telah disergap oleh para pembunuh. Mereka semua adalah para penembak jitu yang sangat luar biasa, dengan empat pejuang Transformasi yang sangat kuat. Apakah kau yang telah melakukannya, Saudaraku? Apakah kau tahu bahwa Jules terluka? Tubuhnya terkena tebasan, tapi hanya luka ringan. Upaya pembunuhan itu gagal!”
"Apa yang kau bicarakan?" Ekspresi Ansel berubah seketika. "Siapa yang telah mengirim para pembunuh itu?"
“Ansel, di sini hanya ada kita berdua,” kata Benoit sambil menatap kakaknya dengan wajah yang curiga. “Apakah ada alasan bagimu untuk terus berpura-pura bodoh seperti itu? Apakah kau yang telah mengirim para pembunuh ini?”
“Sialan!”
Ansel langsung tersulut emosi, “Benoit, omong kosong apa yang kau bicarakan? Bagaimana aku bisa mengirim pembunuh itu untuk membunuh Jules dan Olympias? Apakah kau pikir aku ini orang yang bodoh?"