Bab 35
Aku bukan tipe orang yang percaya pada takdir.
Tapi sepertinya takdir mempertemukanku dengannya sejak dia masih duduk di tahun pertama kuliah.
Kami bukan dari sekolah yang sama. Namun, pada hari orientasi mahasiswa baru tahun pertamanya, aku kebetulan menemani ibuku ke sekolahnya untuk urusan pekerjaan.
Saat itu, Melia tampak sibuk membawa tas punggung di punggungnya, satu tangan memegang ember merah, tangan satunya menggendong karung hijau berisi seprai dan selimut. Matanya yang besar seperti mata rusa tampak gugup dan takut.
Saat itu, aku duduk di dalam mobil, tapi mataku tak bisa lepas dari dirinya.
Tubuhnya waktu itu benar-benar kecil dan kurus. Aku tidak mengerti, bagaimana tubuh sekecil itu bisa mengangkat begitu banyak barang, apalagi datang seorang diri untuk mendaftar kuliah.
Pertemuan kedua kami terjadi dua tahun kemudian, di sebuah restoran hot pot. Lia tidak pulang untuk liburan Tahun Baru karena sedang bekerja paruh waktu.
Meski ada sedikit perubahan pada dirinya saat itu,

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda