Bab 485 Kompensasi
Henry menyipitkan matanya. "Tidak mungkin. Meskipun itu terjadi, aku tidak akan memperlakukan Anda dengan buruk."
"Sungguh ..." Yvonne menurunkan pandangannya sambil berusaha untuk menyembunyikan cemoohan di matanya.
Henry tidak akan memperlakukannya dengan buruk?
Enam tahun yang lalu, apakah Yvonne tidak cukup menderita karena Henry?
Mengapa pria itu begitu yakin Yvonne tidak akan dianiaya? Enam tahun lalu Henry tidak bisa melakukannya. Sekarang Yvonne tidak lebih dari orang asing yang terlihat mirip mantan istrinya. Apa yang membuat Henry begitu yakin Yvonne tidak akan pernah diperlakukan dengan buruk dan dianiaya?
Yvonne mencibir dalam hati saat ia memikirkan hal ini, tetapi ia sama sekali tidak menunjukkannya di wajahnya. Sebaliknya, wanita itu berpura-pura lega. "Karena Tuan Lancaster berkata begitu, jadi Anda harus menepati janji Anda, kalau tidak saya tidak akan melakukannya!"
Henry menyetujuinya.
Yvonne berhenti berbicara dan meraih lengannya saat mereka berjalan menuju aula pelelangan.
Pelelangan itu benar-benar meriah, dan berbagai peninggalan budaya dilelang satu demi satu.
Yvonne tidak tertarik dengan peninggalan-peninggalan budaya itu dan tidak pernah mengangkat kartunya sekalipun.
Henry pun sama. Ia tidak berniat menawar sesuatu.
Yvonne juga tidak bertanya mengapa Henry tidak menawar. Ia menunggu dengan tenang sampai pelelangan berakhir.
Setelah pelelangan selesai, tiba saatnya perjamuan khusus yang disiapkan oleh penyelenggara pelelangan untuk menjamu para tamu mereka.
Yvonne mengambil dua gelas anggur merah dari pelayan dan berjalan menuju balkon. Saat ia semakin mendekati Henry, ia melihat Henry menyembunyikan ponselnya di balik punggungnya.
"Gadis di foto itu sangat imut. Apakah dia putri Anda?" Yvonne menyerahkan salah satu gelas anggur merah.
Henry berterima kasih padanya dan menerimanya sebelum menjawab dengan lembut, "Kurasa begitu."
"Oh ya?" Yvonne mengangkat alisnya karena terkejut.
Yvonne selalu tahu jika Henry bersikap sangat baik kepada putri Jacqueline. Jadi ia mengira Henry akan dengan senang hati menerimanya dan mengatakan padanya jika Anna memang putrinya.
Namun, Henry berkata 'kurasa begitu,' yang merupakan jawaban tidak jelas dan tidak pasti.
Mengapa begitu?
Bukan hanya Yvonne yang tidak dapat memahaminya, Henry sendiri pun tidak dapat memahaminya.
Ia tidak tahu mengapa ia berkata "kurasa begitu," tetapi reaksi pertama di hatinya tadi adalah demi mencegah Yvonne untuk berpikir jika gadis kecil di foto itu adalah putrinya.
Di sisi lain, Henry juga tidak tahu mengapa ia tidak ingin Yvonne salah paham.
"Yah, dia sudah saya anggap putri saya, karena dia bukan putri kandung saya." Henry menyesap anggur merah dan menatap Yvonne sambil menjawabnya.
Mata Yvonne berkilat sambil berpura-pura terkejut. "Bukan putri kandung Anda?"
Hendri mengangguk lagi.
Yvonne berpura-pura sangat tertarik dan bertanya lagi, "Apakah Anda mengadopsinya?"
Henry tidak menjawab—ia terus minum.
"Anda mengadopsinya. Anda dan istri Anda benar-benar baik, ya? Terutama Anda. Anda sangat baik kepada anak angkat Anda seolah-olah dia adalah anak Anda sendiri. Saya dengar Anda membeli taman hiburan anak-anak khusus untuk ulang tahun putri Anda, apa itu benar?" Ketika Yvonne mengatakan hal itu, ia perlahan meletakkan tangan di balik punggungnya dan mengepalkan tangannya dengan erat, yang menunjukkan amarahnya saat ini.
Henry bersikap sangat baik kepada putri Jacqueline sampai-sampai ia membeli taman hiburan anak-anak.
Sementara itu, Henry malah tidak mengetahui keberadaan putra kandungnya.
Ironis sekali!
"Taman hiburan anak-anak?" Saat Henry mendengar ucapan Yvonne, tatapannya yang dalam terlihat bingung. "Maksud Anda yang terletak di bagian utara kota?"
"Iya." Yvonne menyesap anggurnya.
Henry terkekeh, "Saya tidak membelinya untuk Anna."
"Eh?" Yvonne tercengang. "Tidak?"
Apakah ia mendapatkan informasi yang salah?
Dari apa yang Yvonne dengar, Henry jelas membelinya untuk putri Jacqueline!
"Yah, saya hanya berpikir jika taman hiburan anak-anak itu bisa menjadi akuisisi yang berharga, jadi saya membelinya. Tapi itu adalah hari ulang tahun Anna, jadi publik berspekulasi kalau saya membelinya untuk Anna," jelas Henry enteng.
Yvonne membuka mulutnya, dan ia membutuhkan beberapa saat untuk bersuara. "Saya mengerti. Saya salah paham."
Jadi Henry tidak membelinya untuk putri Jacqueline.
Tapi meski demikian, Yvonne tetap marah.
Karena kebaikan yang Henry tunjukkan pada putri Jacqueline sangat jelas. Kebaikannya seharusnya ia tujukan kepada Theo, tetapi putri Jacqueline justru menikmatinya. Karena itu, Yvonne tidak bisa memaafkannya!
Prang!
Saat Yvonne tenggelam dalam pikirannya, ia tiba-tiba mendengar suara kaca pecah.
Ia terkejut, dan dengan cepat berbalik untuk melihat sumber suara. Ia melihat Henry memegang pagar dengan ekspresi tidak nyaman, dengan mata tertutup dan wajahnya pucat.
Tepat di samping kakinya terdapat gelas anggur yang baru saja ia pecahkan. Anggur merah yang ada di gelas memercik ke lantai dan menodai celananya.
"Hei, Anda baik-baik saja?" Yvonne meletakkan gelas anggur merah di tangannya dan dengan lembut mendorong pria itu.
Dari luar, Yvonne terlihat khawatir dan gugup, tetapi jauh di lubuk hatinya, ia bersikap dingin.
Yvonne hanya sedikit terkejut dengan kondisi Henry saat ini. Ia tidak tahu mengapa Henry yang sebelumnya baik-baik saja tiba-tiba sakit.
"Saya baik-baik saja ...." Henry menjawab dengan tidak nyaman.
Bibir Yvonne berkedut ringan. "Apa Anda yakin baik-baik saja? Tapi sepertinya Anda kesakitan."
"..." Henry tidak menjawabnya, tetapi napasnya semakin berat.
Setelah beberapa saat, pria itu terlihat berjuang untuk bertahan, dan tubuhnya jatuh ke belakang dengan lemah.
Ketika Yvonne melihatnya, ia juga tidak berniat untuk membantunya. Wanita itu membiarkannya jatuh ke lantai.
Gedebuk!
Setelah suara jatuh itu, Henry jatuh ke lantai dan ia sepertinya pingsan.
Yvonne hanya menonton dan perlahan mengambil gelas anggur yang baru saja ia letakkan. Setelah minum dengan santai, ia melangkah maju untuk memapahnya dan berjalan menuju ruang tunggu.
Ketika tiba di ruang tunggu, Yvonne melemparkan Henry ke tempat tidur dan menyentuh sakunya untuk mengambil ponselnya sambil berencana untuk menghubungi Joe agar menjemputnya.
Namun, begitu Yvonne membuka kunci ponselnya dengan sidik jarinya, sebuah panggilan tiba-tiba muncul, dan ID si penelepon adalah Jacqueline.
Saat Yvonne melihat nama yang amat sangat ia benci, matanya langsung menyipit. Aura es yang ia pancarkan ke seluruh tubuhnya lebih menakutkan sekarang.
Yvonne bahkan belum pergi menemuinya, jadi ia tidak mengira Jacqueline-lah yang mendatanginya sendiri.
Karena ia sudah menelepon, Yvonne mungkin juga memanfaatkannya.
Yvonne harus menemukan cara untuk mendapatkan kompensasi dari wanita ini!
Tapi bagaimana caranya?
Yvonne mulai melihat sekeliling dan ia akhirnya mengarahkan pandangannya pada Henry. Ia segera memiliki ide dalam pikirannya, tetapi ide itu tidak tahu malu dan membuatnya merasa ragu untuk melakukannya atau tidak.
Setelah berpikir selama beberapa detik, Yvonne akhirnya berkompromi dan memutuskan untuk menggunakan metode ini untuk membalas Jacqueline.
Ketika Yvonne memikirkan hal ini, ia tak ragu lagi dan menjawab telepon.
"Henry, kamu masih di pelelangan? Kapan kamu pulang? Anna merindukanmu!" Suara berpura-pura Jacqueline terdengar dari ujung telepon.
Yvonne memutar bola matanya.
Apa maksudnya "Anna merindukanmu?" Wanita ini jelas hanya menggunakan anak itu sebagai alasan.
"Halo, apakah ini Nyonya Lancaster?" Yvonne bertanya dengan suara lembut dan tenang.
Di ujung telepon, Jacqueline tercengang sejenak ketika ia mengira dirinya telah menelepon nomor yang salah. Wanita itu dengan cepat menarik ponsel di depannya untuk memeriksanya dan ia menyadari jika itu memang nomor Henry. Jacqueline segera merasa curiga dan bertanya dengan tegas, "Anda siapa? Kenapa Anda memiliki ponsel suamiku?"
Suami?
Mata Yvonne menjadi gelap.
Ia biasa memanggil Henry seperti itu sebelumnya.
Tapi sekarang, hak itu bukan miliknya lagi!
"Maaf, Nyonya Lancaster. Saya adalah pendamping wanita Tuan Lancaster malam ini. Saya tidak bermaksud mengambil ponselnya, tapi beliau terlalu mabuk, jadi saya harus mengangkat telepon ini untuknya." Yvonne menjawab dengan suara lembut, tetapi wajahnya terlihat datar.
Jacqueline meledak dalam amarah. "Pendamping wanita? Siapa yang menjadikan Anda pendamping wanitanya?"
"Tentu saja itu Tuan Lancaster!" Yvonne mengerjap polos. "Jika bukan karena undangan Tuan Lancaster, bagaimana mungkin saya berani menjadi pendamping wanitanya. Tidakkah menurut Anda begitu, Nyonya Lancaster?"