NovelRead
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Cinta Datang TerlambatCinta Datang Terlambat
Oleh: NovelRead

Bab 470 Enam Tahun Kemudian

Bagaimana cara membalas dendam? Yvonne menurunkan kelopak matanya demi menutupi kegelapan di matanya tanpa menjawab. Sam menunggu beberapa saat, tetapi masih belum ada tanda-tanda akan ada balasan dari Yvonne. Kemudian, ia mengangkat bahu dan tidak memaksanya lebih jauh. “Baiklah, sepertinya kamu belum tahu. Beri tahu aku setelah kau memikirkannya," kata Sam sambil menyentuh kepala Yvonne. Yvonne tetap diam, lalu melepaskan diri dari pelukan Sam. Sam memandangi pakaian basah di dadanya, dan kemudian mengusap pelipisnya dengan heran. Ia meminta Tuan Marc untuk merapikan kamar pasien ini. Setelah bangsal dibersihkan, Sam menarik Yvonne dari lantai. "Apa kamu ingin terus tinggal di sini atau pindah ke kamar yang lain?" "Aku akan tetap di sini," Yvonne akhirnya bereaksi dan menjawab dengan suara lemah. Sam mengerutkan kening dan menatapnya dengan cermat. Setelah melihat Yvonne sebentar, Sam tiba-tiba merasa bahwa wanita ini telah berubah. Ia mengira yang berubah dari Yvonne adalah auranya! Temperamen Yvonne berubah menjadi tidak terduga. Sam mengingatkannya, "Yvonne, katakan saja padaku jika ada sesuatu yang ada dalam pikiranmu. Jangan ditahan." Sam tidak yakin apakah perubahan mendadak itu baik atau buruk. Mendengar kekhawatiran Sam, Yvonne mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Aku baik-baik saja. Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi sebelum aku membalas dendam orang-orang itu. Aku akan melindungi diriku sendiri dan hidup dengan baik!" "Itu bagus." Sam mengangguk lega. Mata Yvonne berkedip. “Kakak, kapan Henry akan menikah?” Sam melihat ke arah Bapak Marc. Pak Marc menggelengkan kepalanya. Sam kembali menatap Yvonne dan menjawab, "Saat ini belum tahu. Tapi aku akan mengirim seseorang untuk mencari tahu dan memberitahumu segera setelah ada kabar." Yvonne mengangguk. "Baik." Sam menatapnya. "Kenapa kamu bertanya?" Yvonne menggerakkan sudut mulutnya dengan dingin. "Tidak apa-apa. Aku ingin memberi mereka hadiah." Yvonne ingin tahu apakah Henry dan Jacqueline dapat menikah dengan bahagia setelah menerima hadiahnya. Sam menjadi tertarik. "Hadiah apa?" Yvonne menyipitkan matanya. “Bukankah Henry melupakan kejadian tiga tahun lalu? Mungkin dia tidak tahu tentang Liam." "Siapa Liam?" Sam juga tidak tahu. Yvonne menjelaskan, "Liam adalah seorang desainer perhiasan yang sangat disukai Jacqueline. Namun, Jacqueline adalah orang yang sangat posesif. Dia menginginkan cinta, uang, dan kekuasaan. Jadi saat dia jatuh cinta dengan Liam, dia enggan untuk melepaskan Henry. Itu sebabnya dia ingin membunuhku." "Oh begitu." Sam mengelus dagunya. Yvonne meraih ujung baju Sam. "Kakak, bantu aku." “Katakan." Yvonne berkata dengan suara dingin, “Bantu aku mengumpulkan informasi tentang Jacqueline dan Liam saat mereka berada di luar negeri. Semakin mengejutkan maka akan semakin baik. Aku akan mengumumkannya di pernikahan mereka. Aku ingin memberi tahu semua orang termasuk Henry sendiri, siapa sebenarnya Nyonya Lancaster, istri barunya ini." "Aku mengerti, jadi ini hadiahmu." Sam mengangkat alisnya. "Apa kamu yakin akan melakukan ini? Kamu tahu kalau kabar itu diumumkan, maka Tuan Lancaster akan malu." Yvonne menjawab tanpa ekspresi, "Hmph! Aku telah sangat menderita karena dia dan aku hampir mati beberapa kali. Tapi dia melupakanku dan ingin menikah dengan orang yang melukaiku. Karena dia memperlakukanku seperti ini, kenapa aku harus peduli dengannya?" Sam tersenyum tipis, "Kalau begitu, aku akan membantumu." “Terima kasih, Kakak," Yvonne mengucapkan terima kasih dengan tulus. Sam mengusap kepala Yvonne. "Sama-sama. Selamat beristirahat. Aku akan pergi sekarang dan kembali lagi nanti." "Oke, hati-hati." Yvonne melambaikan tangannya. Sam pergi dan pintu ruang pasien ini tertutup lagi. Yvonne berbaring di ranjang yang baru saja dirapikan, lalu mengambil ponsel yang baru dibeli dan mulai mencari berita tentang Henry. Sebagai Pemimpin dari Lancaster Group, banyak orang yang pastinya memperhatikan Henry. Oleh karena itu, ada banyak berita yang terus bermunculan saat Yvonne mencarinya. Henry akan menikah. Meski beberapa netizen mengeluhkan Henry menikahi istri baru saat mantan istrinya baru saja meninggal dunia, sebagian besar justru mendukung. Mendukung? Yvonne mendengus dan membenci Henry. Lelaki itu telah membawa begitu banyak kemalangan dan membuat hidupnya begitu sengsara. Bagaimana Henry bisa melupakannya ketika sesuatu terjadi? Apa bedanya ini semua dengan Henry meninggalkannya? Karena lelaki ini tidak berperasaan, Yvonne pasti tidak ingin Henry menjadi lebih baik! Telepon dipegang dengan erat. Mata Yvonne sudah penuh dengan tekad. Ia akan bersikap sembrono dan membuang semuanya! ... Enam tahun kemudian, sebuah Boeing terbang menembus awan dan perlahan-lahan mendarat di Bandara Internasional Vancouver. Yvonne mengenakan gaun tali selutut berwarna merah menyala dengan rambut bergelombang sepanjang pinggang. Ia kemudian menginjak sepasang sepatu hak delapan atau sembilan sentimeter dan berjalan dari koridor bandara. Tangan kirinya menarik koper sementara tangan kanannya memegang telepon. Ia sedang berbicara dengan seseorang. Suara tumitnya melengkapi suara roda kopernya yang menggelinding. Semua orang kagum hanya dengan melihatnya sekilas. Inilah yang disebut sebagai orang cantik tiada yang melebihinya. "Oke, Kakak. Aku sudah mendarat. Jangan khawatir, aku akan jaga diriku sendiri. Aku akan menjemput anak itu lalu pergi ke hotel. Tolong sampaikan salamku kepada Ayah dan Ibu. Selamat tinggal!" Yvonne tersenyum cerah pada ponselnya dan menutup telepon. Kemudian, ia keluar dari terminal bandara dan memanggil taksi. "Tuan, tolong pergi ke Rumah Sakit Vancouver!" Yvonne berkata kepada pengemudi setelah naik taksi. Pengemudi melihat ke arah jalan dan menyalakan mesin mobil. Lebih dari satu jam kemudian, mereka tiba di Rumah Sakit Vancouver. Yvonne membayar ongkosnya, kemudian menyeret koper ke rumah sakit, lalu pergi ke departemen bedah. Ia berjalan ke kantor profesor dan berhenti. Kemudian, ia melihat pelat pintu terlebih dahulu. Ada kilatan nostalgia di matanya. Yvonne mengangkat tangannya dan mengetuk pintu. Suara pria yang terdengar menyegarkan datang dari pintu, "Silakan masuk." Yvonne membuka pintu dan masuk. "Ini aku." Setelah mendengar suaranya, pria di belakang meja yang sedang menulis sesuatu berhenti sejenak. Ia segera mengangkat kepalanya dan menatap wanita di depannya dengan tidak percaya. "Kau ...." Yvonne memotongnya dengan senyuman, "Aku kembali!" Shane yakin kalau orang yang ada di depannya ini nyata dan bukan mimpi. Ia dengan cepat menjatuhkan pena di tangannya dan berdiri. "Bagaimana ... bagaimana kau kembali?" Shane terlalu bersemangat untuk berbicara dengan jelas. Yvonne meletakkan barang bawaannya di pojok dan berjalan mendekat dengan sepatu hak tingginya. Shane dengan cepat memindahkan kursi untuknya dan memintanya untuk duduk. Setelah mengucapkan terima kasih, Yvonne merapikan bajunya dan duduk dengan anggun. “Apa kau lupa yang aku katakan terakhir kali? Aku akan kembali." Kembali untuk membalas dendam! Balas dendam pada mereka yang membawa rasa sakit yang tak ada habisnya! "Aku tahu, tapi aku tidak menyangka kau kembali secepat ini." Shane menjadi tenang. Ia mengambil cangkir kertas bersih, membungkuk untuk mengambil air di dispenser air. "Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau sudah kembali? Aku akan pergi ke bandara untuk menjemputmu!" "Tidak, Kakakku bersikeras untuk mengantarku tetapi aku menolaknya. Dia bertemu dengan seorang wanita yang cukup baik baru-baru ini. Bagaimana mungkin aku mengijinkannya ikut?" Yvonne mengambil cangkir itu dan berkata sambil tersenyum. Shane sangat terkejut. "Apa Tuan Smith akan segera memiliki kekasih?" "Mungkin? Kurasa dia cukup tertarik pada wanita itu." Yvonne menyesap dan meletakkan cangkirnya. Shane kembali ke tempat duduknya dan duduk di seberangnya. “Cepat sekali. Kita bertemu bulan lalu dan waktu itu tidak ada wanita di sekitarnya." "Siapa yang bisa memprediksi nasib dengan tepat?" kata Yvonne sambil menyentuh rambutnya. "Itu benar." Shane mengangguk, setuju dengannya. Kemudian, ia melihat wajah cantiknya yang mirip, tetapi juga berbeda dari enam tahun lalu. Matanya sedikit linglung. Yvonne menyadarinya. Matanya tenggelam dan menghilang dalam sekejap. "Ngomong-ngomong, Shane, kapan Theo akan pulang sekolah?"

© NovelRead, hak cipta dilindungi Undang-undang

Booksource Technology Limited.