Bab 21
Saat itu, dia setengah berlutut di lantai dan kepala bersandar di bahu Sherly. Dia yang biasanya tenang mendadak hancur emosinya dan air mata tanpa suara membasahi pakaian Sherly.
Sherly dengan lembut membelai rambutnya, menepuk punggungnya, menenangkan dirinya yang rapuh.
Hari itu Sherly berkata, "Evander, jangan takut."
"Bukankah keluarga bilang, kalau melakukan ritual penolak bala mungkin Kakek akan membaik? Aku akan pulang bersamamu."
"Sekalipun kakek ... Evander, kamu masih punya aku."
Di hidungnya masih tersisa aroma tubuhnya, satu-satunya aroma dari kenangan sedih itu yang dia ingat.
"Evander ...."
Suara panggil Sherly seolah terus terulang di telinganya. Ada panggilan bahagia, sedih, lembut, juga malu-malu ....
Terakhir kali Sherly memanggilnya adalah saat di lorong darurat itu.
Alisnya mengerut erat, dia tiba-tiba merasa takut.
"Kak Evander." Suara Hanna kembali terdengar. Dia menggenggam tangan pria itu dengan erat. "Ada apa?"
Evander mendongak dan melihat wajah Hanna yang ta

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi NovelRead untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda