NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content

Bab 1

Adik angkat tunanganku merobek gaun pengantinku yang bernilai miliaran. Merusak acara pernikahanku dengan Ryan. Wanita itu juga mengganti inhalerku dengan air cabai. Akibatnya, aku harus dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Di pesta pernikahan, dengan mata memerah, wanita itu mengeluarkan surat perjanjian. "Semua 'pengalaman pertama' Kakak harus jadi milikku." "Tanda tangani surat perjanjian penyerahan keperjakaan ini. Kalau nggak, kamu nggak boleh menikah dengannya." "Godaan laki-laki di luar sana sangat banyak, kamu harus berlapang dada. Ini tujuan aku mengujimu." "Ini ujian terakhir. Kalau kamu lulus ujian ini, aku baru rela kamu menikah dengan Kakak." Aku hanya menatap Ryan tanpa mengambil surat perjanjian itu. "Semua yang dia lakukan padaku ini ... kamu setuju?" Pria itu mendesah tak berdaya. "Icha sudah nempel sama aku sejak kecil, dia cuma lagi merajuk." "Tanda tangani saja, jangan terlalu perhitungan dengannya, besok juga dia lupa." Ryan selalu memanjakan Icha. Tiba-tiba, aku merasa sangat lelah. Aku menginjak surat perjanjian itu dan menampar Icha dengan keras. Air mata Icha langsung tumpah. "Kakak ipar, kenapa kamu menamparku?" Ryan melindungi Icha di belakangnya, lalu mengatakan dengan nada kesal. "Widya, kamu ribut apa lagi, sih?" "Icha itu adikku. Dari kecil, dia memang terbiasa dimanja di rumah. Yang dia lakukan sekarang cuma merajuk saja." "Kamu sebentar lagi jadi kakak iparnya, seharusnya kamu memakluminya." Memaklumi? Kata itu yang sudah sering kudengar selama sepuluh tahun aku berpacaran dengan Ryan. Meskipun Icha sudah melakukan kesalahan besar dan kedekatan mereka sudah kelewatan batas ... Pria itu selalu beralasan bahwa Icha terbiasa dimanjakan. Seolah-olah, akulah yang suka mencari keributan. Setiap kali kami kencan, Icha selalu ikut. Ryan menatap Icha dengan penuh cinta. Pria itu menenangkanku dengan nada tidak berdaya. "Icha adalah adikku. Sejak kecil, dia selalu nempel dan nggak bisa jauh-jauh dari aku. Kamu harus maklum." Karena Ryan terlalu memanjakan Icha, Icha terus membuat ulah selama persiapan pernikahan. Icha merobek gaun pengantinku yang bernilai miliaran dengan santainya, merusak acara pernikahanku dengan Ryan. Aku mau menegur Icha sambil membawa sobekan gaun pengantin, tetapi Ryan malah menghentikanku. "Cuma gaun pengantin, nanti beli baru kan bisa? Icha cuma merajuk, kenapa kamu begitu perhitungan?" Sebulan lalu, Icha mengganti inhalerku dengan campuran air cabai. Aku hampir mati tercekik seorang diri di rumah. Untungnya, juniorku datang tepat waktu. Dia dan tim ambulans mendobrak pintu dan berhasil menyelamatkanku. Bahkan, dokter IGD pun berkomentar dengan nada iba. "Kalau terlambat sedikit saja, gadis ini nggak bisa tertolong." Ryan menjagaku di rumah sakit selama tiga hari tanpa makan dan minum. Saat aku sadar, dia memelukku erat. Dia berjanji tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi. Namun, ketika aku ingin lapor polisi, Ryan segera mengambil ponselku. Pria yang biasanya angkuh itu sekarang memohon. "Kami memang terlalu memanjakan Icha, nanti aku akan menegurnya. Kamu beri dia kesempatan sekali lagi, oke?" Aku belum pernah melihat Ryan memohon seperti ini, akhirnya hatiku luluh dan menyetujuinya. Namun, tidak disangka, Icha memberinya surat perjanjian penyerahan keperjakaan di pesta pernikahan. Ryan mengeluarkan pena dari sakunya dan menyerahkannya padaku. "Tanda tangan surat perjanjian itu, lalu minta maaf pada Icha. Setelah itu, anggap masalah ini selesai." Aku mengepalkan tangan dengan erat. "Bagaimana kalau aku menolak?" Ryan mengerutkan kening, tatapannya terlihat kesal. "Ada apa denganmu hari ini? Dia cuma minta kamu tanda tangan surat perjanjian ini!" "Icha cuma merajuk. Kamu ikuti saja kemauannya, masalah ini selesai." "Sebagai kakak iparnya, bisakah kamu memaklumi dia?" Setelah berkata begitu, Ryan menyelipkan pena ke tanganku dan mendesak. "Cepat tanda tangan, jangan bikin malu! Kalau nggak, kamu mau pernikahan ini batal?" Icha menatapku sambil tersenyum puas. Dia yakin bahwa aku akan menahan emosiku demi Ryan. Aku melempar surat perjanjian itu ke lantai dan mengambil segelas sampanye dari menara sampanye. Setengah gelas kutumpahkan ke surat perjanjian itu, lalu kuinjak sampai hancur. Sementara setengah gelas lainnya, kusiramkan ke wajah Icha. Senyuman menantang Icha langsung membeku. Mata Icha langsung memerah sambil memasang wajah teraniaya. Ryan menggenggam tanganku erat. "Widya, kamu gila ya? Banyak orang menyaksikan, kamu mau mempermalukan Icha?" Icha menunduk sambil menarik ujung baju Ryan. "Kak, aku nggak apa-apa. Kakak pasti menganggap aku merusak acara pernikahan kalian, mending aku pergi saja." Setelah berkata seperti itu, Icha pura-pura hendak lari keluar. Ryan menahannya dan melindunginya di belakang. "Ini bukan salahmu." Sambil menoleh, Ryan memerintahku. "Icha nggak pernah diperlakukan kasar sejak kecil. Segera berlutut dan minta maaf sama Icha. Kalau nggak, pernikahan kita batal."
Previous Chapter
1/8Next Chapter

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.