Bab 283
Karena luka Serina dan Aldi tidak serius, mereka keluar dari rumah sakit dalam beberapa hari.
Atas desakan Aldi, Serina setuju pindah ke Yuji untuk tinggal bersamanya, tapi keduanya tetap tidur di kamar terpisah.
Mengabaikan tatapan tidak puas Aldi, Serina langsung memindahkan barang-barangnya ke kamar tidur kedua.
Setelah mengemasi barang-barangnya dan keluar dari kamar tidur, Serina mengangkat alisnya saat melihat Aldi menyiapkan piring.
"Apa ini makanan yang baru saja kamu pesan?"
"Hmm, ayo makan dulu."
Saat makan, Serina menanyakan bagaimana penyelidikan terhadap Marton.
"Masih diselidiki, tapi Marton bersikeras bahwa dia sendiri yang menemukan koneksi untuk membeli bahan peledak tersebut, dia nggak pernah menyebut bahwa masalah ini ada hubungannya dengan Dharma."
Serina mengangguk dan berkata tanpa terkejut, "Itu wajar. Dia mungkin tahu bahwa kalau dia menyebut nama Dharma, maka dia nggak akan bisa diselamatkan."
"Dharma melunasi utang perjudian Marton sebesar 10 miliar sebelum Marton membawa bahan peledak itu ke Madelinne."
"Nggak heran Marton rela menanggung kesalahan Dharma."
Setelah makan malam, Serina menonton TV di sofa, Aldi pergi ke ruang kerja untuk mengurus pekerjaan.
Sesampainya di ruang kerja, dia menerima panggilan telepon dari Andrian.
"Pak Aldi, apa kita perlu terus menindaklanjuti Jinne?"
Aldi terdiam beberapa detik lalu berkata dengan dingin, "Setelah Merina menjabat, kamu nggak perlu urus lagi."
"Oke, aku tahu."
Setelah menutup panggilan telepon, Aldi mengerutkan kening.
Tampaknya dia harus mencari kesempatan untuk berbicara dengan Merina dan meminta Merina untuk mengatakan kedua syarat yang tersisa, sehingga dia bisa memutuskan hubungan total dengan Merina.
Tidak mudah bagi Serina untuk memaafkannya, dia tidak ingin mereka berdua salah paham lagi karena hal lain.
Setelah menerima panggilan telepon dari Andrian dan mengetahui bahwa Grup Barata tidak akan membantunya lagi, Merina diliputi amarah.
Itu pasti karena Serina si jalang itu!
Dia menarik napas dalam-dalam dan menghubungi nomor Maria.
"Tante Maria, ada sesuatu yang sudah lama kupikirkan, aku pikir harus bilang padamu."
"Apa itu?"
"Nggak nyaman membicarakannya lewat panggilan telepon. Kita bertemu saja."
Setengah jam kemudian, dia sebuah kafe yang sangat pribadi.
Maria duduk di hadapan Merina dan memandangnya dengan bingung.
"Merina, apa yang ingin kamu katakan? Kenapa kamu ragu-ragu?"
Merina terlihat ragu-ragu, setelah beberapa detik dia berkata perlahan, "Tante Maria, sebenarnya dua puluh tiga tahun yang lalu, kakakku nggak hilang ... dia dibuang oleh orang tuaku."
Maria tampak kaget dan mengerutkan kening, "Apa itu benar?!"
Dia belum pernah mendengar ada orang tua yang membuang anaknya yang baru lahir.
Merina mengangguk, "Yah, gara-gara seorang ahli fengsui yang dipercayai oleh keluarga kami ...."
Pada akhirnya, Maria tidak tahu bagaimana dia bisa kembali ke rumah Keluarga Barata.
Melihat suasana hatinya yang buruk, Fredrick mengerutkan kening dan berkata, "Kenapa baru keluar sebentar, saat kembali kamu seolah-olah sudah kehilangan jiwamu?"
Maria memandangnya, setelah beberapa saat dia perlahan berbicara, "Apa kamu masih ingat ahli fengsui yang meninggal mendadak 20 tahun yang lalu?"
"Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan ini?"
"Dia meninggal mendadak karena bilang Serina akan menghancurkan Keluarga Drajat, jadi dia meninggal secara tak terduga."
Ekspresi Fredrick berubah, ahli fengsui itu banyak membantunya, sejak mendengarkan perkataan ahli fengsui tersebut, Keluarga Barata memang semakin jaya.
"Jangan bicara omong kosong tanpa bukti!"
Maria menarik napas dalam-dalam dan menggertakkan gigi lalu berkata, "Kalau kamu nggak percaya, teleponlah Alex dan tanyakan. Pantas aja aku heran kenapa Keluarga Drajat nggak peduli pada Serina setelah ditemukan. Ternyata ini alasannya, jadi setelah menikahinya, segala urusan Aldi jadi nggak beres!"