Bab 660
Namun, perbedaan perlakuan ini benar-benar keterlaluan.
Pria itu berdiri dengan kesal. Perutnya kosong. Tidak ada pilihan selain ke dapur dan mengambil piring serta nasi sendiri.
Namun, saat membuka penanak nasi, dia melihat tidak ada sebutir nasi pun yang tersisa.
Wajah Beni menggelap. Dengan langkah lebar, dia keluar dari dapur dan menggertakkan gigi. "Nadira, mana nasiku?"
Nadira menoleh dengan santai. Bibir merahnya tersenyum sinis. "Makanan Pak Beni ya di rumah Bapak sendiri. Masakanku nggak bisa dibandingkan sama masakan Bapak. Mana berani aku menyuguhkan makanan buatanku? Mending Bapak pulang dan makan masakan tunangan Bapak."
Pria itu terdiam.
Sorot mata Beni menusuk tajam. "Kamu ternyata pendendam juga. Menguping omonganku sama Zea tadi, ya?"
"Siapa suruh kamu menjelek-jelekkan aku di depan Zea? Kamu pikir aku cuma bisa masak mi tomat dan telur kayak tiga tahun lalu?" balas Nadira sengit.
Mendengar kata "mi tomat dan telur," mereka tiba-tiba terdiam. Kenangan manis perlahan me

Locked chapters
Download the NovelRead App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link