Bab 6
Bahkan ahli gizi dan pengasuh kehamilan yang disewa Stefan, semuanya dipecat oleh Mirana.
"Orang luar mana bisa sehangat Kakak? Bayi yang kukandung adalah pewaris masa depan Keluarga Jiswara, tentu saja aku merasa tenang kalau Kakak sendiri yang merawatku."
Kinara terus menahan diri, hanya tinggal satu minggu lagi, dia bisa pergi.
Malam itu, Mirana mengatakan ingin minum sarang burung, sambil menyuruh pelayan agar Kinara sendiri yang membersihkannya.
"Jangan nyalakan lampu, Kak Stefan bekerja keras untuk menghasilkan uang, hemat listrik sedikit."
Kinara tertawa kesal. "Dalam ruangan yang gelap gulita, bagaimana aku bisa membersihkannya?"
Saat dia hampir menyerah, Mirana berkata dengan serius, "Kakak, bukankah kamu sangat ingin mempertahankan pusaka ibu? Kalau kamu buat aku marah, aku nggak menjamin apa yang akan kukatakan pada Kak Stefan."
Kinara tak tahan lagi, "Mirana, dia juga ibumu!"
"Aku juga anaknya, kenapa dia hanya memandangmu?!"
Kinara tahu melanjutkan pembicaraan hanya akan membuang waktu, dia mengambil sarang burung itu dan keluar.
Lampu jalan di kompleks perumahan redup, dia menghabiskan waktu dua jam hanya untuk membersihkan sarang burung itu.
Setelah dikukus, Mirana menyesap beberapa suap, tiba-tiba dia memegang perut sambil berteriak kesakitan.
Kebetulan saat itu Stefan pulang, dan Mirana langsung menangis.
"Kak Stefan, pas sekali kamu pulang, Kakak mau menyakiti anakku!"
Stefan menatap tajam dan berkata dingin, "Kinara, apa yang kamu lakukan?!"
Mirana memberi isyarat kepada pelayan, yang langsung berbicara lebih dulu, "Pak, awalnya Nona Mirana baik-baik saja, tapi setelah memakan sarang burung yang dia buat, perutnya terus sakit. Pasti ada yang dicampur di dalamnya."
Kinara tetap tenang. "Aku nggak melakukan apa pun, bahkan jika sarang burung itu bermasalah, itu pasti kalian berdua yang bekerja sama menjebakku."
Mirana menggigit bibir. "Kamu berbohong, bagaimana mungkin aku melakukan hal yang merugikan diriku sendiri? Bagaimanapun, bayi yang kukandung adalah darah daging Kak Stefan!"
Kinara mengejek. "Memang merugikan orang lain, tapi menguntungkan diri sendiri, hanya kamu yang tahu isi hatimu."
Wajah Mirana sedikit berubah, dia tidak bisa melawan. Lalu dia menoleh pada Stefan untuk meminta bantuan. "Kak Stefan, perutku sakit sekali, aku nggak akan keguguran 'kan?"
"Aku akan bawa kamu ke rumah sakit sekarang, aku nggak akan membiarkan kamu dan bayimu celaka."
Tapi baru saja ucapan itu keluar, dia melihat darah merah segar mengalir dari antara kaki Mirana.
Wajahnya seketika berubah. Dia menampar wajah Kinara dengan keras.
"Perempuan jahat! Kenapa hatimu bisa sekejam itu? Kalau sampai terjadi sesuatu padanya atau bayinya, aku nggak akan membiarkanmu!"
Setelah berkata demikian, Stefan memeluk Mirana dan pergi.
Kinara terdiam di tempat, wajahnya panas terbakar, jantungnya seperti ditikam pisau tumpul, sakit sampai sulit bernapas.
Dia tahu Stefan sudah berubah hati, dan dia telah menerima kenyataan itu ...
Namun, tamparan itu tetap membuatnya sulit percaya.
Stefan yang dulu memujanya sepenuh hati, kini berubah menjadi sosok yang asing.
Setelah dipikir lagi, bahkan adik yang dia sayangi selama dua puluh tahun saja tega menikamnya dari belakang. Lalu apa artinya jika seorang lelaki berubah hati?
Tapi, Mirana memang benar-benar kejam.
Untuk melawan Kinara, dia bahkan rela mengorbankan bayinya.
Tiba-tiba, sebuah pikiran melintas di benak Kinara.
Apa mungkin, bayi ini sebenarnya tidak ada?
Menyadari hal itu, dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi detektif pribadi yang dikenalnya.
[Tolong periksa laporan pemeriksaan kehamilan Mirana, segera.]
Kemudian, dia membuka aplikasi kamera pengawas, dan meninjau rekamannya.
Seperti yang dia duga, pelayan masuk ke dapur saat dia beristirahat, dan keluar dengan wajah mencurigakan.
Di tengah malam, Stefan menelepon.
[Kamu masih beruntung, bayinya baik-baik saja. Sekarang Mirana ingin minum sup ayam, antarkan dalam satu jam.]
Kinara mengejek sambil tersenyum, "Nggak takut aku menaruh sesuatu di sup ayam?"
"Kinara." Suara Stefan terdengar dingin. "Kalau kali ini kamu masih nekat, aku nggak akan membiarkanmu! Mirana lapar, cepat siapkan!"
Setelah itu, telepon ditutup.
Kinara tersenyum dingin, memanggil pelayan, memerintahnya menyiapkan sup ayam.
Pelayan langsung menggeleng, belum sempat dia menolak, sudah terdiam karena tatapan Kinara.
Kinara berkata perlahan tapi tegas, "Siapkan sup ayam atau angkat kaki dan pergi, pilih salah satu."
Pelayan menenangkan diri, bersikap tidak peduli. "Yang membayar gaji saya Pak Stefan, Anda nggak berhak memecat saya."
Dari sikap Stefan terhadap Kinara, jelas terlihat bahwa dia akan segera diusir.
Oleh karena itu pelayan sama sekali tidak memedulikannya, menyenangkan Mirana yang hamil adalah pilihan bijak.
Bagaimanapun, Mirana adalah calon nyonya rumah ini di masa depan.
Kinara tentu tahu apa yang dipikirkan pelayan. Dia berbisik pelan, "Seluruh vila ini penuh dengan kamera. Tadi kamu yang berikan mangkuk sarang burung itu pada Mirana. Jadi menurutmu, waktu kamu menambahkan sesuatu ke dalamnya, kira-kira terekam nggak?"