NovelRead
Open the NovelRead App to read more wonderful content
Maaf, Tak SeleveMaaf, Tak Seleve
By: NovelRead

Bab 1 Pertemuan Kembali

Kota Jayata. Kantor cabang Grup Myles. Helikopter berputar di atas gedung, lalu perlahan mendarat. Sebelum benar-benar menyentuh landasan, pintunya terbuka dan seorang wanita tinggi semampai melompat dengan lincah ke atas atap. Asistennya juga segera mengikutinya turun. Di atap, seorang pria yang memakai jas bergegas menyambut, suaranya terdengar agak gugup, "Selamat datang, Nona Ardelia. Perjalanan jauh pasti melelahkan, mau makan dulu?" "Langsung ke kantor saja," jawab Ardelia datar. Wajahnya cantik dan tegas tanpa banyak ekspresi. Tatapannya tenang, tapi memancarkan aura elegan alami khas keluarga kaya. Sebenarnya Ardelia adalah anak yang diadopsi dari panti asuhan oleh keluarga terkaya, Keluarga Myles. Sebelumnya dia juga pernah diadopsi beberapa keluarga, tapi semuanya mengira dia bisu, jadi tidak suka padanya dan mengembalikannya ke panti asuhan. Sedangkan anak-anak di panti asuhan iri padanya karena sering diadopsi, jadi makin sering menindasnya. Di suatu hari, Ardelia menolong Nyonya Selena yang dalam masalah, jadi Nyonya Selena dan suaminya memutuskan untuk mengadopsinya. Untuk membalas budi pada mereka, Ardelia belajar dengan tekun. Di usia yang seharusnya bermain, Ardelia harus dari pagi sampai malam belajar berbagai keterampilan karena takut ditinggal lagi. Untungnya, orang tuanya benar-benar baik padanya, jadi dia tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan murah hati. Setahun lalu, Keluarga Myles berhasil membantunya menemukan orang tua kandungnya. Kali ini, Ardelia datang ke Kota Jayata bukan untuk mengembangkan cabang perusahaan, melainkan hanya untuk bertemu orang tua kandungnya, tapi hal ini malah membuatnya tegang. "Barang-barangnya sudah siap?" tanya Ardelia pada asisten. Asistennya menjawab, "Nona tenang saja, semuanya sudah siap. Kapan kita berangkat?" Ardelia berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku mandi dulu, baru kita berangkat." "Baik." Usai mandi, Ardelia berganti pakaian. Saat keluar, data proyek perusahaan sudah tersusun rapi di meja. Dia melihat sekilas dan menemukan nama yang familier. "Grup Lume ..." gumam Ardelia. Ternyata itu data proyek dari perusahaan keluarga kandungnya. Mereka ingin bekerja sama dengan anak perusahaan Grup Myles. Keluarga Lume adalah keluarga kaya biasa, tahun lalu situasi bisnis mereka tidak bagus, bahkan menghadapi kebangkrutan. Setelah Ardelia tahu mereka adalah orang tua kandung, dia terus diam-diam membantu Keluarga Lume dengan dukungan Keluarga Myles. Tak lama, Keluarga Lume berhasil mengatasi krisis itu, bahkan dalam waktu singkat menjadi salah satu dari lima keluarga terkaya di Kota Jayata. Saat itu, Ardelia punya proyek yang penting, jadi tidak bisa langsung menemui mereka sehingga menunda sampai sekarang. Ardelia segera membaca dokumennya. Menurut standar normal, Grup Lume belum memenuhi syarat untuk bekerja sama dengan Grup Myles. Tapi setelah berpikir sejenak, Ardelia tetap menyetujui proyek itu dan menyerahkannya pada manajer pelaksana. Lalu, dia pun berangkat menuju rumah Keluarga Lume. Saat memilih mobil, Ardelia berpikir sejenak dan akhirnya memilih mobil paling biasa. Bagaimanapun juga, Keluarga Lume terlalu kecil jika dibandingkan dengan Keluarga Myles. Jika terlalu mencolok, mungkin akan membuat orang tuanya tidak nyaman. Keluarga Lume. Sebagai salah satu dari lima keluarga besar di Kota Jayata, rumah Keluarga Lume sangat megah. Hari ini, suasananya semakin meriah karena mereka sedang merayakan keberhasilan putri mereka, Vienna Lume, yang baru saja memenangkan juara pertama kompetisi piano tingkat kota dan akan lanjut ke kompetisi nasional. Di ruang tamu, suasananya hangat. "Vienna, kamu hebat sekali," puji Melisa Kanes penuh kasih sayang. Vienna tersenyum tipis, tapi segera menunduk dengan wajah tampak murung. "Vienna, ada apa?" tanya Melisa penuh perhatian. Meski Reza Lume tidak bicara apa-apa, tapi dia menatap adiknya dengan cemas. Vienna menggigit bibir dan berkata dengan ragu, "Aku hanya takut kalau kakak pulang nanti, bagaimana kalau kami nggak akur? Aku sudah menempati posisinya selama bertahun-tahun, apakah kakak akan membenciku?" Matanya berkaca-kaca, penuh kekhawatiran, membuat Melisa dan Reza merasa kasihan. Melisa menenangkannya, "Vienna, tenang saja. Selama ini kami sudah menganggapmu seperti anak kandung sendiri. Kami sudah lama nggak bertemu dengannya, tapi aku jamin, meski dia pulang, posisimu di keluarga ini nggak akan berubah." Vienna tampak terharu, tapi keresahan masih terlihat di wajahnya. Dia baru mau bicara lagi ketika Adrian Lume turun dari lantai atas dengan wajah penuh semangat, "Grup Yolan setuju untuk bekerja sama dengan kita!" "Benarkah?" Melisa kaget dan gembira. Adrian mengangguk, "Aku baru saja mendapatkan kabar. Besok aku akan ke sana untuk membicarakan detailnya, kemungkinan berhasilnya delapan puluh persen." "Bagus sekali! Ternyata berhasil juga!" Vienna ikut tersenyum. Adrian sedikit heran, "Vienna, apa maksudmu?" Vienna menatap wajah semua orang sambil menggigit bibir, lalu berkata, "Sebenarnya aku pernah menemui CEO Grup Yolan, memintanya memberikan kesempatan untuk Ayah. Nggak disangka ternyata benar-benar berhasil." "Ternyata semua usaha Vienna, kamu memang pembawa keberuntungan untuk keluarga kita. Tahun lalu, Keluarga Lume hampir bangkrut, juga kamu yang membantu kami mendapatkan banyak sponsor." Tatapan Nyonya Melisa penuh kasih sayang dan kebanggaan. "Membantu keluarga adalah kewajibanku." Vienna sangat lembut, tak lama dia menundukkan kepala. "Hanya saja, Ayah, Ibu, Kak, nggak lama lagi Kakak akan pulang. Kalau melihatku di sini, dia pasti merasa nggak nyaman, perlukah aku pindah keluar? Dengan begitu, kalian bisa lebih akrab." "Nggak boleh!" Mereka bertiga secara kompak menolak. Reza mengerutkan dahinya. "Vienna, di dalam hatiku kamu nggak ada bedanya dengan adik kandung!" Nyonya Melisa juga setuju dan berkata, "Benar itu, Vienna. Sudah bertahun-tahun, kami sudah menganggapmu sebagai putri kandung. Kepulangannya dia hanya bertambah satu anak bagi kami, lagian Keluarga Lume masih sanggup merawatnya." "Kelak jangan berkata begitu lagi," kata Adrian dengan serius. Vienna adalah putri unggul yang mereka didik dengan susah payah, bisa dibilang sangat berbakat dan bersikap baik. Kali ini, dia bahkan membantu Keluarga Lume mendapatkan kerja sama dengan Grup Yolan. Sedangkan putri kandung mereka ... meski belum tahu bagaimana orangnya, tapi pasti tidak sehebat Vienna. Tak lama Ardelia tiba, pelayan tiba-tiba masuk dan berkata, "Pak Adrian, ada yang datang." Selesai berbicara, mereka melihat gadis yang berjalan masuk di bawah cahaya berlawanan. Dia memakai kaus putih dan celana jengki, terlihat sangat muda, sedangkan wajahnya sangat cantik sampai tak bisa mengalihkan pandangan darinya.
Previous Chapter
1/150Next Chapter

© NovelRead, All rights reserved

Booksource Technology Limited.